Kamis, 14 Juni 2012

MAKALAH PRESEPSI


BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Diri pribadi adalah suatu ukuran atau kualitas yang memungkinkan seseorang untuk dianggap dan dikenali sebagai individu yang berbeda dengan individu lainnya. Kualitas yang membuat seseorang yang memiliki kekhasan tersendiri sebagai manusia, tumbuh dan berkembangnya melalui interaksi sosial, yaitu berkomunikasi dengan orang lain. Individu tidak dilahirkan dengan membawa kepribadian. Seperti halnya diri fisik kita, maka diri sosial dan diri psikologis manusia akan terus berkembang dan menjadi matang sejalan dengan usia hidup kita.

Pengalaman dalam kehidupan akan membentuk diri pribadi setiap manusia, tetapi setiap orang juga harus menyadari apa yang sedang terjadi dan apa yang telah terjadi pada dirinya. Kesadaran terhadap diri pribadi ini pada dasarnya adalah suatu proses persepsi yang ditujukan pada dirinya sendiri. Dalam hal ini orang akan berusaha untuk mengenali dan memahami siapa dirinya.

Sehubungan dengan beberapa hal diatas. Penulis menggangkat judul “Persepsi” dan berbagai journal mengenai presepsi.



B. Tujuan
a) Menambah pengetahuan penulis dan pembaca.
b) Agar pembaca mengetahui tentang persepsi.



C.Manfaat
a) Meningkatkan pengetahuan penulis dan pembaca.
b) Mengetahui dan mengerti tentang persepsi serta journal mengenai presepsi.





BAB II PEMBAHASAN

A.Pengertian

Kata persepsi memiliki beberapa makna, berikut dikemukakan beberapa pengertian tentang persepsi. Sarwono ( 1997 : 94) mengungkapkan bahwa “persepsi dalam pengertian psikologi adalah proses pencarian informasi untuk dipahami. Alat untuk memperoleh informasi tersebut adalah penginderaan (penglihatan, pendengaran, perabaan dan sebagainya ) “. Persepsi merupakan suatu proses yang terjadi pada seseorang yaitu proses memahami atau memberi makna terhadap setiap informasi yang diterima oleh seseorang melalui alat indra, dan selanjutnya seseorang mempersepsi atau memahami informasi yang mereka terima. Berkaitan dengan pengertian persepsi, Gibson (dalam Andrew, 1983; 74) mengungkapkan “Perception is a proses by which the brain selects, organize and interprets the sensation”. Penjelasan ini menunjukkan bahwa fungsi dari persepsi adalah untuk membantu orang memahami setiap informasi yang datang dari luar melalui indera secara logis dan teratur.

Persepsi adalah proses psikologis diasosiasikan dengan interpretasi dan pemberian makna terhadap orang atau objek tertentu. Menurut Cohen, Fisher (1987; 118) , persepsi didefinisikan sebagai interpretasi terhadap berbagai sensasi sebagai representasi dari objek-objek eksternal.Jadi, persepsi adalah pengetahuan tentang apa yang dapat ditangkap oleh indra kita.


B.Elemen-elemen proses persepsi

1.      sensasi/penginderaan dan interpretasi.
Ketika orang menangkap sesuatu memalui inderanya maka secara langsung dia akan menginterpretasikan makna dari hasil penginderaannya.
2.      Harapan
Harapan mempengaruhi persepsi terhadap diri pribadi seperti terhadap objek lainnya.
3.      bentuk dan latar belakang
Salah satu cara untuk memahami proses persepsi terletak pada kemampuannya untuk membeda-bedakan antara berbagai jenis informasi. Orang yang mempersepsi, membedakan antara yang baik dan yang buruk, yang penting dari yang tidak penting, yang relevan dari yang tidak relevan.
4.      Perbandingan
Jika makna yang dipersepsikan konsisten atau mirip dengan criteria yang digunakan sebagai pembanding, maka kita akan menganggapnya valid.
5.      Konteks
Bukan berarti bahwa sistem kognitif kiata seperti nilai, sikap, dan keyakinan atau harapan kita tidak cukup berpengaruh.






C.Studi Deprivasi

Studi deprivasi yaitu mengenai suatu individu yang dibenarkan tanpa diperbolehkan menggunakan persepsi normalnya, memberikan kesan bahwa lingkungan memainkan sebagian peranan penting di dalam perkembangan persepsi.

·         Manusia

Apabila seorang dewasa yang mengalami kebutaan selama hidupnya kemudian diberi penglihatan secara mendadak, orang tersebut akan berprilaku, sejauh berkenaan dengan persepsinya, sebagai orang dewasa yang baru dilahirkan. Yang paling terkenal dikerjakan R.L. Gregory pada tahun 1963. Kiranya yang terjadi pada diri yang mendapat penglihatan secara mendadak pada saat pertama kalinya dapat hanyalah pemandangan gambar/dasar, dia menyadari akan adanya sesuatu benda yang berdiri diluar latar belakang, namun dia tetap belum mampu mengenal benda tersebut hanya dengan melihatnya saja. Kemampuan untuk menggunakan informasi dari indera yang satu untuk membantu indera yang lain dikenal sebagai transfer lintas modal (cross-modal transfer).
Sesudah selang beberapa waktu yang cukup singkat, subjek pun pada umumnya mampu mengatasi berbagai permasalahan pendahuluan, dan dia pun dapat merasakan secara cukup normal. Gregory mengutip temuan-temuan ini untuk memberikan kesan, bahwa sebagian besar persepsi merupakan hasil dari belajar.

·         Binatang

Pada tahun 1947, A.N. Riesen memelihara sekelompok simpanse didalam kegelapan sejak lahir hingga dewasa, dan kemudian ia membandingkan kemampuan persepsi simpanse ini dengan simpanse yang dibesarkan secara normal. Kelompok yang kekurangan cahaya memperlibatkan secara nyata kurang baiknya kemampuan persepsi. Kemudian oleh L. Weiscrantz ditemukan bahwa retina mata simpanse yang dibesarkan didalam kegelapan tidak berkembang sebagaimana mestinya dan mengandung lebih sedikit sel retina.

Risen kemudian berusaha membuktikan kemungkinan yang timbul didalam percobaan di atas, yaitu dengan mengetes beberapa simpanse yang dipelihara dan dipasangi kaca mata debu yang tembus cahaya, namun hanya non-citra yang terdufusi. Maksudnya, cahaya yang tidak mengandung gambar saja yang bisa masuk ke mata.

Dukungan terhadap pandangan di atas datang dari D.H. Hubel dan T.N> Wiesel, yang pada tahun 1963 menjumpai bahwa anak-anak kucing yang diberi kaca mata debu tembus cahaya non-citra tidak dapat mengembangkan susunan bidang penerima yang normal di dalam retina matanya.Jadi, agaknya tipe lingkungan pun penting didalam perkembangan persepsi. Sebaliknya, hal ini memberikan kesan bahwa belajar memainkan setidak-tidaknya pada beberapa bagian di dalam persepsi, dan juga timbul kesan bahwa kemampuan persepsi tidak semuanya merupakan pembawaan sejak lahir. Akan tetapi, pengalaman penglihatan saja kiranya belumlah mencukupi.

Secara singkat, temuan yang penting dari berbagai studi mengenai deprivasi adalah bahwa baik pengalaman penglihatan yang terpolamaupun kemampuan individu untuk mengadakan interaksi dengan lingkungannya, keduanya diperlukan didalam perkembangan peersepsi normal.

·         Studi Distorsi atau Studi Penyesuaian-diri Kembali

Studi distorsi yang menunjukkan bahwa seorang dewasa dapat menyesuaikan diri kembali serta dapat merasakan dunia secara tepat sekalipun sesudah penglihatannya mengalami distorsi, memberikan kesan bahwa persepsi dapat dipelajari. Namun kenyataannya bahwa seorang dewasa dapat belajar merasakan ini tidak dapat memecahkan permasalahan.

Binatang-binatang tingkat rendah, misalnya kadal, katak, dan ayam tidak dapat memperlihatkan kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap dunia penglihatan yang berubah. Ayam-ayam yang dipasangi kacamata yang mengubah penglihatan mereka sebesar 100 kekanan tidak akan pernah cukup beradaptasi untuk mengimbangi perubahan ini, sehingga mereka kehilangan makanan.

Persepsi dapat dipelajari karena secara keseluruhan sistem persepsi yang merupakan pembawaan sejak lahir memiliki kecenderungan tetap dan tidak fleksibel. Namun, ada kesulitan disini, yang seringkali muncul dalam lingkungan psikologi. Oleh karea orang dewasa mampu belajar untuk merasakan dunianya dengan cara yang berbeda-beda, maka seharusnya kita tidak secara otomatis menggangap bahwa seorang anak sudah belajar merasakan sejak kecil.

·         Studi Perilaku Neonat

Studi perilaku neonat yang paling terkenal mungkin adalah yang dikerjakan E.J. Gibson dan R.D. Walk pada tahun 1960. Bayi seringkali terjatuh pada saat melangkah, dan sebelumnya telah dianggap bahwa bayi tersebut sedang belajar merasakan kedalaman dari pengalaman yang menyakitkan tersebut. Namun,hasil kerja Gibson dan Walk kiranya tidak memberikan arah demikian.

Terdapat beberapa percobaan yang menunjukkan bahwa bayi telah dapat membedakan pola-pola dan memilih pola yang disukainya. Pada tahun 1966 R.L. Fantz menjumpai bahwa suatu pola berbentuk mata sapi lebih disukai dari pada bentuk-bentuk garis, segi empat dan dijumpai juga bahwa suatu gambar wajah manusia lebih disukai dari pada bentuk-bentuk tersebut.

·         Studi Lintas Budaya

Studi lintas budaya cenderung mendukung pandangan para empiris, karena apabila persepsi secara keseluruhan merupakan pembawaan sejak lahir, maka lingkungan yang berbeda tidak akan berpengaruh terhadap kemampuan persepsi manusia.

Pada tahun 1963, M.H. Segali dan D.T. Campoell memperlihatkan ilusi Muller-Lyer ini kepada orang-orang suku Zulu, dan melalui penyesuaian diri yang sederhana, mereka mampu mengukur gambar dengan menyatakan bahwa panah yang berada di sebelah bawah lebih panjang.. kedua peneliti menjumpai bahwa orang-orang Zulu terjebak didalam mengamati ilusi in dari pada orang-orang Eropa.

Pada tahun 1962, M.D.Vernon mengemukakan bahwa perbedaan-perbedaan antara orang-orang dan kelompok-kelompok rasial, dalam hal ini sampai beberapa jauh mereka meilusi tersebut, mungkin dipengaruhi oleh berbedanya kapasitas didalam ketetapan ukuran.

Pada tahun 1932, R. Thouless menunjukkan bahwa para seniman tidak begitu dipengaruhi oleh ketetapan ukuran, sedangkan orang-orang Indian, yang memiliki metode artistic yang berbeda, lebih dipengaruhi oleh ketetapan ini.

Studi-studi deprivasi, penyesuaian diri kembali, dan lintas budaya, semuanya memberikan kesan bahwa pekembangan persepsi dipengaruhi dengan lingkungan. Sementara itu, studi neonat menunjukkan bahwa anak pun telah memiliki sistem persepsi yang berkembang baik, termasuk didalamnya kemampuan didalam persepsi kedalaman/jarak, serta ketetapan ukuran dan ketepatan bentuk.

Para peneliti pada mulanya mencoba membandingkan antara cara kerja sistem persepsi dengan cara kerja kamera, namun kemudian dijumpai banyak kesulitan. J.J. Gibson mengemukakan bahwa kesulitan timbul karena manusia atau binatang dapat bergerak, sehingga paralaks dapat digunakan sebagai isyarat kedalaman, sedangkan kamera tidak dapat bergerak.

Dalam penelitiannya Bower menyatakan bahwa pembahasan alamiah/lingkungan sebenarnya tidak perlu dipermasalahkan, karena pembahasan ini didasarkan atas suatu pemikiran yang keliru, yaitu bahwa persepsi kita timbul oleh beberapa citra retina tunggal yang teratur dan agak mirip dengan foto-foto. Padahal kata Bower , informasi retina kita selalu berubah-ubah setiap saat baik keseluruhannya rangkaian citranya ataupun serangkaian citra saja. Bower memberikan kesan bahwa kemampuan untuk mencatat informasi yang terkandung didalam citra retina yang statis merupakan hasil yang dicapai secara canggih dan mungkin dapat dipelajari, sedangkan kemampuan yang dapat diperlihatkan bayi didalam paralaks gerak, persepsi kedalaman, dan ketetapan-ketetapan, mungkin merupakan pembawaan sejak lahir yang telah berkembang dengan baik.

Perbedaan utama antara sistem persepsi neonat dan sistem persepsi orang dewasa. Menurut Bower adalah bahwa kemampuan orang dewasa untuk merespons informasi penglihatan lebh baik daripada kemampuan neonat , dan bahwa kemampuan orang dewasa didalam menganalisis citra retina pun lebih besar.







D.Pembedaan dengan sensasi

Istilah persepsi sering dikacaukan dengan sensasi. Sensasi hanya berupa kesan sesaat, saat stimulus baru diterima otak dan belum diorganisasikan dengan stimulus lainnya dan ingatan-ingatan yang berhubungan dengan stimulus tersebut.<persepsi/> Misalnya meja yang terasa kasar, yang berarti sebuah sensasi dari rabaan terhadap meja.

Sebaliknya persepsi memiliki contoh meja yang tidak enak dipakai menulis, saat otak mendapat stimulus rabaan meja yang kasar, penglihatan atas meja yang banyak coretan, dan kenangan di masa lalu saat memakai meja yang mirip lalu tulisan menjadi jelek.

E.Jenis-jenis persepsi

Proses pemahaman terhadap rangsang atau stimulus yang diperoleh oleh indera menyebabkan persepsi terbagi menjadi beberapa jenis

1.      Persepsi visual
Persepsi visual didapatkan dari indera penglihatan.Persepsi ini adalah persepsi yang paling awal berkembang pada bayi, dan memengaruhi bayi dan balita untuk memahami dunianya.Persepsi visual merupakan topik utama dari bahasan persepsi secara umum, sekaligus persepsi yang biasanya paling sering dibicarakan dalam konteks sehari-hari.
2.      Persepsi auditori
Persepsi auditori didapatkan dari indera pendengaran yaitu telinga.
3.      Persepsi perabaan
Persepsi pengerabaan didapatkan dari indera taktil yaitu kulit.
4.      Persepsi penciuman
Persepsi penciuman atau olfaktori
5.      Persepsi pengecapan
Persepsi pengecapan atau rasa didapatkan dari indera pengecapan yaitu lidah.


F.Journal Gangguan Pada Presepsi Visual

Gangguan Penglihatan

Gangguan kesehatan lain yang paling banyak dilaporkan akibat pengguna komputer adalah gangguan penglihatan. Gangguan penglihatan dapat menimbulkan kelainan fisik.
Hal ini terjadi karena saat penglihatan menjadi kabur, maka pengguna komputer akan mengubah posisi tubuh maju kedepan mendekatkan diri agar dapat melihat objek 'yang ada di monitor lebih jelas. Gangguan penglihatan yang disebabkan karena penggunaan komputer, oleh The American Optometric Association dinamakan Computer Vision Syndrome (CVS). 

Sebuah penelitian yang dipublikasikan oleh The Journal of Epidemiology and Community Health mengambil sample basil pemeriksaan mata 10.000 pekerja. Pekerjaan ini dibagi menjadi beberapa kelompok berdasarkan waktu yang dihabiskan didepan komputer pada saat bekerja maupun pada saat berada di rumah. Hal lain yang juga dipertimbangkan adalah lamanya pemakaian komputer dalam tahun. Hasilnya adalah pengguna berat komputer memiliki kelainan penglihatan, termasuk didalamnya miopi dan glaucoma, sehingga dapat diketahui penggunaan komputer yang berat memiliki hubungan langsung dengan timbulnya miopi dan glaucoma. 

Dr. Masayuki Tatemichi, dari Fakultas Kedokteran Universitas Toho, melakukan penelitian terhadap pekerja ditempat yang berbeda di jepang yang memiliki pekerja lebih dari 5000 orang. Ia membagi pekerja tersebut beberapa kelompok berdasarkan berapa banyak menggunakan komputer, dibagi menjadi pengguna ringan, sedang, dan berat. Hasilnya adalah ditemukan 522 pekerja menderita glaucoma. 

Nick Astbury mengatakan bahwa penduduk Jepang memiliki prevalensi yang tinggi menderita myopia, sebagai salah satu resiko terjadinya glaucoma. Karena pengguna komputer tidak hanya di Jepang, seperti yang dikatakan David Wright (International Glaukoma Association), bahwa penelitian juga hams dilakukan di etnik lain agar teruji validitasnya. 



G.Journal Gangguan Pada Presepsi Auditori

Perokok pasif bisa kehilangan pendengaran

Merokok tak hanya memberikan dampak buruk bagi diri sendiri, namun juga kepada orang lain yang menghirup asap rokok, yaitu mereka yang biasa disebut perokok pasif. Penelitian menyebutkan bahwa seseorang perokok pasif yang terbiasa terkena paparan asap rokok, lebih beresiko kehilangan daya dengar.

Menjadi perokok pasif memanglah pilihan. Berada di lingkungan para perokok dan membiarkan diri terkena paparan asap rokok dapat menimbulkan kerugian bagi diri sendiri. Bertindaklah dari sekarang karena sebuah penelitian yang ditulis dalam jurnal Tobacco Control menunjukkan bahwa para perokok pasif mengalami gangguan pada telinga mereka.
Para peneliti yang melibatkan lebih dari 3.000 orang dalam penelitiannya tersebut percaya bahwa asap tembakau dapat mengganggu aliran darah di pembuluh kecil telinga. Asap tersebut membuat telinga kekurangan oksigen dan membangun sampah beracun yang menyebabkan kerusakan telinga. Kerusakan tersebut berbeda dengan kerusakan yang disebabkan oleh kebisingan atau dampak penuaan sederhana.
Dalam penelitian tersebut, para peneliti asal University of Miami dan Florida International University berfokus pada hasil pendengaran 3.307 relawan yang tidak merokok. Beberapa dari mereka adalah mantan perokok, dan beberapa lagi adalah mereka yang tidak pernah merokok sepanjang hidup mereka.

Tes dilakukan dengan mengukur jangkuan pendengaran yang terbagi atas frekuensi rendah, menengah dan tinggi. Sedangkan bagi para relawan perokok pasif, peneliti melakukan pemeriksaan nikotinin (produk hasil nikotin) pada darah mereka, yang dibuat ketika tubuh berhubungan dengan asap tembakau.

Hasil menunjukkan bahwa para perokok pasif memiliki pendengaran yang lebih buruk dibandingkan dengan orang lain yang tidak terkena paparan asap rokok. Para perokok pasif akan terlihat memiliki usaha lebih saat mereka mendengar suara di tengah kebisingan. Perokok pasif meningkatkan resiko gangguan pendengaran sekitar sepertiga dari seluruh frekuensi suara.

Meski demikian, hingga saat ini belum diketahui pasti berapa jumlah yang harus diterima para perokok pasif sehingga pendengaran mereka mengalami kerusakan dalam tingkatan terendah sekalipun.

Tak hanya menerima paparan asap, merokok aktif secara teratur merupakan faktor resiko yang signifikan penyebab hilangnya pendengaran. Gangguan pendengaran dapat menyebabkan frustasi serta isolasi sosiakl jika tidak segera ditangani. Jadi lakukan pertimbangan matang sebelum Anda menyalakan rokok, karena dampaknya dapat menimpa Anda dan orang-orang terdekat Anda


H.Journal Pada Presepsi Pengecapan

Sebuah penelitian baru membuktikan bahwa selain dapat merasakan manis, pahit,asam,asin dan gurih lidah pada manusia bisa merasakan sensasi rasa baru yang lebih luas. Benarkah?

Adalah kalsium, sebuah sensasi rasa baru yang ditemukan oleh para ahli kimia di Philadelphia.Temuan itu dilaporkan Michael G. Tordoff dan timnya dari Monell Chemical Senses Center di Philadelphia.

Seperti dikutip FoxNews,Tordoff membuktikan bahwa lidah mencit (tikus putih kecil) memiliki sensor rasa kalsium. Berdasarkan temuan itu, Tordoff menduga manusia juga sama. Karenanya, mencit dan manusia berbagi bermacam gen yang sama.

“Orang tidak mengonsumsi kalsium sebanyak yang dianjurkan ahli nutrisi,” kata Tordoff. “Itu terjadi karena makanan tinggi kalsium rasanya tidak enak.”
Awalnya, Tordoff agak kesulitan menerangkan seperti apa rasa kalsium yang tidak enak itu. “Rasanya seperti kalsium,” kata dia.

“Tak ada kata yang lebih tepat dari itu. Rasanya getir, mungkin sedikit asam. Tapi rasanya tak cuma itu karena ada reseptor untuk kalsium, bukan cuma pahit atau asam.”
Ilmuwan itu menyatakan bahwa penyesuaian rasa kalsium dapat membuat orang yang kekurangan nutrisi penting itu mau mengonsumsinya.
“Dengan memahami bagaimana kalsium dideteksi dalam mulut, kami bisa mempermudahnya dikonsumsi dengan mengurangi rasanya yang getir atau membuat agen farmakologis yang membuatnya terasa lebih enak,” tutur Tordoff.

Tidak hanya sensasi rasa kalsium saja, menurut penelitian yang dilakukan Tordoff, masih dapat merasakan beberapa rasa baru lagi antara lain :

·         Kesejukan
Sensasi rasa kesejukan mungkin menggambarkan sensasi rasa mint dan segar dari peppermint atau mentol. Persepsi sensorik bekerja pada rasa tersebut, reseptor sentuh diaktifkan, disebut TPRM8.
Sebagai sensasi sentuhan, baik piquance dan kesejukan yang ditransmisikan ke otak melalui saraf trigeminal, bukan tiga saraf klasik untuk rasa. Himpunan saraf yang membawa sensasi terbakar dan pendinginan berbeda dari dari sensasi rasa.
·         Lemak
Banyak orang yang menikmati makanan berlemak. Hasil penelitian telah menujukkan bahwa, tikus dapat mencicipi lemak. Tampaknya manusia juga dapat merasakan lemak. Hasil penelitian tersebut telah dipublikasikan dalam British Journal of Nutrition. Asam lemak cenderung terasa pahit di mulut.
·         Metallicity
Rasa logam, seperti emas dan perak juga dapat dirasakan di rongga mulut. Para peneliti telah menunjukkan bahwa, sensasi rasa ini mungkin ada hubungannya dengan konduktivitas listrik.

“Hal tersebut seperti baterai kecil, dengan setetes air liur, maka akan mendapatkan sekitar 550 milivolt,” kata Harry Lawless, seorang profesor emeritus ilmu makanan di Cornell University.


I.Faktor-faktor yang memengaruhi persepsi

Faktor-faktor yang memengaruhi persepsi bisa terletak dalam diri pembentuk persepsi, dalam diri objek atau target yang diartikan, atau dalam konteks situasi di mana persepsi tersebut dibuat

·         Asumsi Yang Didasarkan Pada Pengalaman Masa Lalu

Persepsi Persepsi yang dipengaruhi oleh asumsi – asumsi yang didasarkan pada pengalaman masa lalu dikemukakan oleh sekelompok peneliti yang berasal dari Universitas Princenton seperti Adelbert Ames, Jr, Hadley Cantril, Edward Engels, William H. Ittelson dan Adelbert Amer, Jr. Mereka mengemukakan konsep yang disebut dengan pandangan transaksional (transactional view). Konsep ini pada dasarnya menjelaskan bahwa pengamat dan dunia sekitar merupakan partisipan aktif dalam tindakan persepsi. Para pemikir transaksional telah mengembangkan sejumlah bukti yang meyakinkan bahwa persepsi didasarkan pada asumsi. Salah satu yang paling menonjol, yang ditemukan oleh Adelbert Amer, Jr., disebut monocular distorted room. “Ruangan dibangun sedemikian rupa sehingga dinding belakang berbentuk trapesium, dimana jarak vertikal ke atas dan ke bawah pada sisi kiri dinding lebih panjang daripada jarak vertikal ke atas dan ke bawah pada sisi kanan dinding. Dinding belakang terletak pada suatu sudut, sehingga sisi kiri terlihat lebih jauh ke belakang dari pada sisi kanan. Jika seorang pengamat berdiri di depan ruangan dan mengamati melalui sebuah lubang kecil, maka ruangan akan terlihat seperti sebuah ruangan yang benar – benar membentuk empat persegi panjang. Jika dua orang berjalan melalui ruangan dan berdiri pada sudut belakang, maka sesuatu yang menarik akan terjadi. Bagi si pengamat yang melihat melalui sebuah lubang, salah satu orang yang berada di sisi kanan akan terlihat sangat besar karena orang ini berada lebih dekat dengan si pengamat dan memenuhi keseluruhan ruangan antara lantai dan langit – langit. Sedangkan orang yang berada di sisi kiri akan terlihat sangat kecil karena berada jauh dari si pengamat. Ilusi ini terjadi karena pikiran si pengamat mengasumsikan bahwa dinding belakang parallel dengan dinding depan ruangan. Asumsi ini berdasarkan pengalaman terdahulu yang menggunakan ruangan – ruangan lain yang mirip. Ilusi ini akan semakin kuat apabila dua orang yang berada di sudut yang berbeda tersebut saling bertukar tempat, maka salah satu akan terlihat lebih besar dan yang satunya lagi terlihat lebih kecil tepat di depan mata si pengamat ”.







BAB III PENUTUP


A.Kesimpulan

Setelah kami membaca materi mengenai Presepsi,kami dapat menyimpulkan bahwa Persepsi adalah proses psikologis diasosiasikan dengan interpretasi dan
pemberian makna terhadap orang atau objek tertentu. Menurut Cohen, Fisher (1987; 118) , persepsi didefinisikan sebagai interpretasi terhadap berbagai sensasi sebagai representasi dari objek-objek eksternal.Jadi, persepsi adalah pengetahuan tentang apa yang dapat ditangkap oleh indra kita.

Adapun jenis-jenis dari presepsi antara lain yaitu :

1.      Persepsi visual
Persepsi visual didapatkan dari indera penglihatan.Persepsi ini adalah persepsi yang paling awal berkembang pada bayi, dan memengaruhi bayi dan balita untuk memahami dunianya.Persepsi visual merupakan topik utama dari bahasan persepsi secara umum, sekaligus persepsi yang biasanya paling sering dibicarakan dalam konteks sehari-hari.
1.      Persepsi auditori
Persepsi auditori didapatkan dari indera pendengaran yaitu telinga.
2.      Persepsi perabaan
Persepsi pengerabaan didapatkan dari indera taktil yaitu kulit.
3.      Persepsi penciuman
Persepsi penciuman atau olfaktori
4.      Persepsi pengecapan
Persepsi pengecapan atau rasa didapatkan dari indera pengecapan yaitu lidah.




B.Saran

Upaya kita untuk memahami diri pribadi disebut persepsi dimana melalui indera yang dimiliki, kita menangkap informasi atas objek tertentu. Melalui alat pikiran dan logika kita mempersentasikan informasi yang telah kita peroleh melalui penginderaan. Proses ini memiliki subjektivitas tinggi dan beberapa kelemahan di dalamnya. Persepsi memiliki sifat-sifat, dan elemen-elemen persepsi. Sehingga dalam hal ini diperlukaan pemahaman yang kuat mengenai presepsi itu sendiri.










DAFTAR PUSTAKA

Abizar, Agus I, Chatlinas S (1999). Buku Panduan Penulisan Tesis. Padang : PPs
Ahmad, R (1998).Psikologi Umum. Jakarta ; Rika Cipta
Efendi, O.U (1985).Psikologi management. Bandung ; Alumni
Muhammmad Ikbal. Persepsi siswa terhadap Karier dan Pelaksanaan Bimbingan Karier di Sekolah Menengah Umum (SMU) 2 Sungai Penuh Kabupaten Kerinci. Tesis. 2004.
www. e-psikologi.com
Web Forum Upi. Remaja dan Rokok.indexs.php.hmtl


Tidak ada komentar:

Posting Komentar