BAB I. PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Diabetes Militus merupakan keadaan peningkatan glukosa darah
dari pada rentang kadar puasa normal 80 – 90 mg / dl darah, atau rentang non
puasa sekitar 140 – 160 mg /100 ml darah . ( Elizabeth J. Corwin, 2001 )
Data Perkumpulan Endokrinologi
Indonesia dari berbagai penelitian epidemiologis sebagaimana diungkapkan ketua
pengurus besar perkeni dr. Sidartawan Soegondo Sp.PD, KE menujukan sekitar
tahun 1980-an prevalensi diabetes pada penduduk diatas usia 15 tahun adalah
1,5-2,3%. Penelitian tahun 1991 di Surabaya mendapatkan prevalensi 1,43% pada
penduduk diatas 20 tahun. Dipedesan Jawa Timur tahun 1989 prevalensinya 1,47%.
Hasil penelitian di Jakarta menunjukan adanya peningkatan prevalensi DM 1,7%
(1982) menjadi 5,7% 1993. Sementara di depok dan Jakarta tahun 2001 angkanya 12,8%.
Prevalensi DM di makasar meningkat dari 1,5% (1981) menjadi 2,9% (1998).
(armaididarmawan blogspot.com/2010)
Dengan terjadinya
peningkatan jumlah penderita DM, maka jumlah peningkatan penyakit hiperglikemia
bisa dikatakann meningkat sesuai dengan angka kejadian diabetes mellitus atau
bahkan lebih. Peningkatan dapat diturunkan dengan melakukan pencegahan,
penanggulangan baik secara medis maupun non medis, baik oleh pemerintah maupun
masyarakat sesuai dengan porsinya masing-masing. Perawat sebagai salah satu tim
kesehatan mempunyai peran yang sangat besar dalam mengatasi hiperglikemi.
diperlukan peran perawat sebagai pelaksana dan pendidik dengan tidak
mengabaikan kolaboratif. Pentingnya peran perawat sebagai pendidik agar
penderita hiperglikemi mau dan mampu untuk melakukan latihan jasmani secara
teratur dan mengatur pola makannya yang dapat mencegah terjadinya komplikasi
dari hiperglikemi.
B.
Tujuan
Adapun tujuan yang ingin disampaikan penulis dalam
makalah Asuhan Keperawatan Klien dengan Diabetes Militus ini adalah :
ü Mengetahui
Pengertian,penyebab,komplikasi dari DM.
ü Dapat menganalisa data untuk menentukan diagnosa keperawatan pada klien
dengan masalah Hiperglikemi
BAB II PEMBAHASAN
A.Pengertian
Diabetes Mellitus ( DM ) adalah
penyakit metabolik yang kebanyakan herediter, demam tanda – tanda hiperglikemia
dan glukosuria, disertai dengan atau tidak adanya gejala klinik akut ataupun
kronik, sebagai akibat dari kuranganya insulin efektif di dalam tubuh,
gangguan primer terletak pada metabolisme karbohidrat yang biasanya disertai
juga gangguan metabolisme lemak dan protein. ( Askandar, 2000 ).
B.Etiologi
DM mempunyai etiologi yang
heterogen, dimana berbagai lesi dapat menyebabkan insufisiensi insulin, tetapi
determinan genetik biasanya memegang peranan penting pada mayoritas DM. Faktor
lain yang dianggap sebagai kemungkinan etiologi DM yaitu :
- Kelainan sel beta pankreas, berkisar dari hilangnya sel beta sampai kegagalan sel beta melepas insulin.
- Faktor – faktor lingkungan yang mengubah fungsi sel beta, antara lain agen yang dapat menimbulkan infeksi, diet dimana pemasukan karbohidrat dan gula yang diproses secara berlebihan, obesitas dan kehamilan.
- Gangguan sistem imunitas. Sistem ini dapat dilakukan oleh autoimunitas yang disertai pembentukan sel – sel antibodi antipankreatik dan mengakibatkan kerusakan sel – sel penyekresi insulin, kemudian peningkatan kepekaan sel beta oleh virus.
- Kelainan insulin. Pada pasien obesitas, terjadi gangguan kepekaan jaringan terhadap insulin akibat kurangnya reseptor insulin yang terdapat pada membran sel yang responsir terhadap insulin.
C.Patofisiologi
Sebagian besar gambaran patologik
dari DM dapat dihubungkan dengan salah satu efek utama akibat kurangnya insulin
berikut:
- Berkurangnya pemakaian glukosa oleh sel – sel tubuh yang mengakibatkan naiknya konsentrasi glukosa darah setinggi 300 – 1200 mg/dl.
- Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah penyimpanan lemak yang menyebabkan terjadinya metabolisme lemak yang abnormal disertai dengan endapan kolestrol pada dinding pembuluh darah.
- Berkurangnya protein dalam jaringan tubuh.
Pasien – pasien yang mengalami
defisiensi insulin tidak dapat mempertahankan kadar glukosa plasma puasa yang
normal atau toleransi sesudah makan. Pada hiperglikemia yang parah yang
melebihi ambang ginjal normal ( konsentrasi glukosa darah sebesar 160 – 180
mg/100 ml ), akan timbul glikosuria karena tubulus – tubulus renalis tidak
dapat menyerap kembali semua glukosa. Glukosuria ini akan mengakibatkan
diuresis osmotik yang menyebabkan poliuri disertai kehilangan sodium, klorida,
potasium, dan pospat. Adanya poliuri menyebabkan dehidrasi dan timbul
polidipsi. Akibat glukosa yang keluar bersama urine maka pasien akan mengalami
keseimbangan protein negatif dan berat badan menurun serta cenderung terjadi
polifagi. Akibat yang lain adalah astenia atau kekurangan energi sehingga
pasien menjadi cepat telah dan mengantuk yang disebabkan oleh berkurangnya atau
hilangnya protein tubuh dan juga berkurangnya penggunaan karbohidrat untuk
energi.=
D.Menifestasi Klinik
1. Poliuria
2. Polidipsi
3. Polipagia
4. Penurunan berat badan
5. Kelemahan, keletihan dan mengantuk
6. Malaise
7. Kesemutan pada ekstremitas
8. Infeksi kulit dan pruritus
9. Timbul gejala ketoasidosis &
samnolen bila berat
E.Komplikasi
Beberapa komplikasi dari Diabetes
Mellitus (Mansjoer dkk, 1999) adalah
·
Akut
·
Hipoglikemia dan hiperglikemia
·
Penyakit makrovaskuler : mengenai pembuluh darah
besar, penyakit jantung koroner (cerebrovaskuler, penyakit pembuluh darah
kapiler).
·
Penyakit mikrovaskuler, mengenai pembuluh darah kecil,
retinopati, nefropati.
·
Neuropati saraf sensorik (berpengaruh pada
ekstrimitas), saraf otonom berpengaruh pada gastro intestinal, kardiovaskuler
(Suddarth and Brunner, 1990).
·
Komplikasi menahun Diabetes Mellitus
·
Neuropati diabetik
·
Retinopati diabetik
·
Nefropati diabetik
·
Proteinuria
·
Kelainan koroner
·
Gangren
D.Penatalaksanaan
Tujuannya :
a. Jangka panjang : mencegah komplikasi
b. Jangka pendek : menghilangkan keluhan/gejala DM
a. Jangka panjang : mencegah komplikasi
b. Jangka pendek : menghilangkan keluhan/gejala DM
a.
Diet
·
Perhimpunan
Diabetes Amerika dan Persatuan Dietetik Amerika Merekomendasikan = 50 – 60% kalori
yang berasal dari :
·
Karbohidrat
60 – 70%
·
Protein
12 – 20 %
·
Lemak
20 – 30 %
b.Latihan
Latihan dengan cara melawan tahanan
dapat menambah laju metablisme istirahat, dapat menurunkan BB, stres dan
menyegarkan tubuh. Latihan menghindari kemungkinan trauma pada ekstremitas
bawah, dan hindari latihan dalam udara yang sangat panas/dingin, serta pada saat
pengendalian metabolik buruk. Gunakan alas kaki yang tepat dan periksa kaki
setiap hari sesudah melakukan latihan.
c.Pemantauan
Pemantauan kadar Glukosa darah secara mandiri.
Pemantauan kadar Glukosa darah secara mandiri.
d.Terapi (jika diperlukan)
e.Pendidikan
E.Klasifikasi
E.Klasifikasi
1.
DM
Tipe I (IDDM : DM tergantung insulin)
2.
DM
Tipe II (DM tidak tergantung insulin = NIDDM)
3.
DM
Malnutrisi
4.
DM
Tipe Lain
F.Pemeriksaan Diagnostik
·
Gula darah
meningkat.Kriteria diagnostik WHO untuk DM pada dewasa yang tidak hamil :
a. Glukosa plasma sewaktu/random > 200 mg/dl (11,1 mmol/L)
b. Glukosa plasma puasa/nuchter > 140 mg/dl (7,8 mmol/L)
c. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial) > 200 mg/dl.
a. Glukosa plasma sewaktu/random > 200 mg/dl (11,1 mmol/L)
b. Glukosa plasma puasa/nuchter > 140 mg/dl (7,8 mmol/L)
c. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial) > 200 mg/dl.
·
Tes
Toleransi GlukosaØ
Tes toleransi glukosa oral : pasien mengkonsumsi makanan tinggi kabohidrat (150 – 300 gr) selama 3 hari sebelum tes dilakukan, sesudah berpuasa pada malam hari keesokan harinya sampel darah diambil, kemudian karbohidrat sebanyak 75 gr diberikan pada pasien
(Brunner & Suddarth, 2003)
Tes toleransi glukosa oral : pasien mengkonsumsi makanan tinggi kabohidrat (150 – 300 gr) selama 3 hari sebelum tes dilakukan, sesudah berpuasa pada malam hari keesokan harinya sampel darah diambil, kemudian karbohidrat sebanyak 75 gr diberikan pada pasien
(Brunner & Suddarth, 2003)
·
Aseton
plasma (keton) : positif secara mencolok
·
Asam lemak
bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat
·
Osmolaritas
serum : meningkat,< 330 mosm/dl
·
Elektrolit :
ü Natrium
: meningkat atau menurun
ü Kalium
: (normal) atau meningkat semu (pemindahan seluler)
selanjutnya menurun.
ü Fosfor
: lebih sering meningkat
·
Gas darah
arteri : biasanya menunjukkan pH rendah dan Po menurunØ pada HCO3 (asidosis metabolik)
dengan kompensasi alkolosis resperatorik.
·
Trombosit
darah : H+ mungkin meningkat (dehidrasi) ; leukositosis; hemokonsentrasi
merupakan resnion terhadap sitosis atau infeksi.
·
Ureum/kreatinin
: meningkat atau normal (dehidrasi/menurun fungsi ginjal).
·
Urine : gula
dan aseton (+), berat jenis dan osmolaritas mungkin meningkat.Ø
(Doengoes, 2000).
(Doengoes, 2000).
BAB
III ASUHAN KEPERAWATAN
A.Pengkajian
·
Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien ?
Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien ?
·
Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan Sebelumnya
Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat terapi insulin jenis apa, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau tidak, apa saja yang dilakukan klien untuk menanggulangi penyakitnya.
Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat terapi insulin jenis apa, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau tidak, apa saja yang dilakukan klien untuk menanggulangi penyakitnya.
·
Aktivitas/ Istirahat :
Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot menurun.
Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot menurun.
·
Sirkulasi
Adakah riwayat hipertensi,AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki yang penyembuhannya lama, takikardi, perubahan tekanan darah
Adakah riwayat hipertensi,AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki yang penyembuhannya lama, takikardi, perubahan tekanan darah
·
Integritas Ego
Stress, ansietas
Stress, ansietas
·
Eliminasi
Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare
Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare
·
Makanan / Cairan
Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan, haus, penggunaan diuretik.
Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan, haus, penggunaan diuretik.
·
Neurosensori
Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot, parestesia,gangguan penglihatan.
Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot, parestesia,gangguan penglihatan.
·
Nyeri / Kenyamanan
Abdomen tegang, nyeri (sedang / berat)
Abdomen tegang, nyeri (sedang / berat)
·
Pernapasan
Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi / tidak)
Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi / tidak)
·
Keamanan
Kulit kering, gatal, ulkus kulit.
Kulit kering, gatal, ulkus kulit.
B.Diagnosa
1. Kekurangan
volume cairan berhubungan dengan osmotik, kehilangan gastrik berlebihan,
masukan yang terbatas.
2. Perubahan
nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidak cukupan
insulin penurunan masukan oral, status hipermetabolisme.
3. Gangguan
integritas kulit berhubungan dengan perubahan status metabolik (neuropati
perifer).
4. Resti
infeksi berhubungan dengan kadar glukosa tinggi, penurunan fungsi leukosit,
perubahan sirkulasi.
5. Kurang
pengetahuan mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan
dengan tidak mengenal sumber informasi. (Doengoes, 2000)
C. Intervensi
1. Kekurangan volume cairan berhubungan
dengan diuresis osmotik, kehilangan gastrik berlebihan, masukan yang terbatas
ditandai dengankulit kering, turgor buruk. ¯Peningkatan haluaran urin, urine encer, haus, lemah,
BB.Hasil yang diharapkan :
Tanda vital stabil, turgor kulit baik, haluaran urin normal, kadar elektrolit dalam batas normal.
Tanda vital stabil, turgor kulit baik, haluaran urin normal, kadar elektrolit dalam batas normal.
Mandiri
·
Pantau tanda
vital Hipovolemia dapat ditandai dengan hipotensi dan
takikardi.
·
Kaij suhu,
warna kulit dan kelembaban. Pantau masukan dan pengeluaran, catat urin.
·
Ukur BB
setiap hari.
·
Tingkatkan lingkungan
yang nyaman selimuti dengan selimut tipis
·
Catat
hal-hal yang dilaporkan seperti mual, nyeri abdomen, muntah, distensi lambung.
Kolaborasi
·
Berikan
terapi cairan sesuai indikasi
·
Pasang
selang NGT dan lakukan penghisapan sesuai dengan indikasi.
2. Perubahan nutrisi : kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidak cukupan insulin, penurunan masukan
oral, hipermetabolisme. Ditandai dengan kelemahan, kelelahan, tonus otot buruk,BB
menurun diare. Kriteria Hasil : Mencerna
jumlah nutrien yang tepat, menunjukkan tingkat energi biasanya, BB stabil/
Mandiri
·
Timbang BB
setiap hari
·
Tentukan
program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan makanan yang
dihabiskan pasien.
·
Auskultasi
bising usus, catat adanya nyeri, abdomen, mual, muntah.
·
Identifikasi
makanan yang disukai.
·
Libatkan
keluarga pada perencanaan makan sesuai indikasi.
·
Memberikan
informasi pada keluarga untuk memahami kebutuhan nutrisi pasien.
Kolaborasi
·
Kolaborasi
dengan ahli diet Sangat bermanfaat dalam perhitungan dan
penyesuaian diet untuk memenuhi kebutuhan pasien.
3. Gangguan integritas kulit
berhubungan dengan perubahan status metabolik (neuropati perifer).
·
Kaji luka,
adanya epitelisasi, perubahan warna, edema, dan discharge, frekuensi ganti
balut.
·
Kaji tanda
vital
·
Kaji adanya
nyeri
·
Kolaborasi
pemberian insulin dan medikasi.
·
Kolaborasi
pemberian antibiotik sesuai indikasi.
4. Resiko tinggi infeksi berhubungan
dengan kadar glukosa tinggi, penurunan fungsi lekosit/perubahan sirkulasi. Kriteria
hasil : Infeksi tidak terjadi
Mandiri
Mandiri
·
Observasi
tanda-tanda infeksi dan peradangan.
·
Tingkatkan
upaya pencegahan dengan mencuci tangan bagi semua orang yang berhubungan dengan
pasien, meskipun pasien itu sendiri.
·
Pertahankan
teknik aseptik prosedur invasif
·
Berikan
perawatan kulit dengan teratur dan sungguh-sugguh, massage daerah yang
tertekan. Jaga kulit tetap kering, linen tetap kering dan kencang.
·
Bantu pasien
melakukan oral higiene.
·
Anjurkan
untuk makan dan minum adekuat.
Kolaborasi
·
Kolaborasi
tentang pemberian antibiotik yang sesuai Penanganan awal
dapat membantu mencegah timbulnya sepsis.
BAB IV PENUTUP
A.Kesimpulan
Setelah kami menyusun askep yang berjudul Diabetes
Militus kami dapat menyimpulkan bahwa definisi dari penyakit DM adalah penyakit metabolik yang kebanyakan
herediter, demam tanda – tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan
atau tidak adanya gejala klinik akut ataupun kronik, sebagai akibat dari
kuranganya insulin efektif di dalam tubuh, gangguan primer terletak pada
metabolisme karbohidrat yang biasanya disertai juga gangguan metabolisme lemak
dan protein.
Penyakit ini tidak hanya terdapat pada Orang dewasa
tetapi juga anak-anak. Adapun perbedaan diagnosa antara anak dan orang dewasa.
Diagnosa DM pada Orang dewasa
1. Kekurangan
volume cairan berhubungan dengan osmotik, kehilangan gastrik berlebihan,
masukan yang terbatas.
2. Perubahan
nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidak cukupan
insulin penurunan masukan oral, status hipermetabolisme.
3. Gangguan
integritas kulit berhubungan dengan perubahan status metabolik (neuropati
perifer).
4. Resti
infeksi berhubungan dengan kadar glukosa tinggi, penurunan fungsi leukosit,
perubahan sirkulasi.
Diagnosa DM pada Anak-anak
1. Resiko injuri berhubungan dengan
kekurangan insulin
2. Tidak efektifnya koping keluarga ;
kompromi berhubungan dengan perawatan rumah dalam mencegah hypo dan
hyperglikemia
3. Ketakutan anak berhubungan dengan
pemberian insulin
4. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi
kurang dari berhubungan dengan, penurunan produksi insulin
5. Resiko infeksi berhubungan dengan
gangguan sirkulasi / sensori
6. Kecemasan anak / keluarga
berhubungan dengan diagnosis diabetes dan komplikasi.
DAFTAR PUSTAKA
Luecknote, Annette Geisler, Pengkajian Gerontologi
alih bahasa Aniek Maryunani, Jakarta:EGC, 1997.
Doenges, Marilyn E, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3 alih bahasa I Made Kariasa, Ni Made Sumarwati, Jakarta : EGC, 1999.
Carpenito, Lynda Juall, Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 alih bahasa YasminAsih, Jakarta : EGC, 1997.
Dr. Sidhartani Zain. (1981), Ilmu Kesehatan Anak Untuk Perawat, Ikip Semarang, Semarang.
Doenges, Marilyn E, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3 alih bahasa I Made Kariasa, Ni Made Sumarwati, Jakarta : EGC, 1999.
Carpenito, Lynda Juall, Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 alih bahasa YasminAsih, Jakarta : EGC, 1997.
Dr. Sidhartani Zain. (1981), Ilmu Kesehatan Anak Untuk Perawat, Ikip Semarang, Semarang.
Dr. Sidhartani Zain. (1991), Penatalaksanaan
Kegawatan Neonatus, Universitas Diponegoro Semarang, Semarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar