Kamis, 14 Juni 2012

ASUHAN KEPERAWATAN DIABETES MILITUS


BAB I. PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Diabetes Militus  merupakan keadaan peningkatan glukosa darah dari pada rentang kadar puasa normal 80 – 90 mg / dl darah, atau rentang non puasa sekitar 140 – 160 mg /100 ml darah . ( Elizabeth J. Corwin, 2001 )
      Data Perkumpulan Endokrinologi Indonesia dari berbagai penelitian epidemiologis sebagaimana diungkapkan ketua pengurus besar perkeni dr. Sidartawan Soegondo Sp.PD, KE menujukan sekitar tahun 1980-an prevalensi diabetes pada penduduk diatas usia 15 tahun adalah 1,5-2,3%. Penelitian tahun 1991 di Surabaya mendapatkan prevalensi 1,43% pada penduduk diatas 20 tahun. Dipedesan Jawa Timur tahun 1989 prevalensinya 1,47%. Hasil penelitian di Jakarta menunjukan adanya peningkatan prevalensi DM 1,7% (1982) menjadi 5,7% 1993. Sementara di depok dan Jakarta tahun 2001 angkanya 12,8%. Prevalensi DM di makasar meningkat dari 1,5% (1981) menjadi 2,9% (1998). (armaididarmawan blogspot.com/2010)
            Dengan terjadinya peningkatan jumlah penderita DM, maka jumlah peningkatan penyakit hiperglikemia bisa dikatakann meningkat sesuai dengan angka kejadian diabetes mellitus atau bahkan lebih. Peningkatan dapat diturunkan dengan melakukan pencegahan, penanggulangan baik secara medis maupun non medis, baik oleh pemerintah maupun masyarakat sesuai dengan porsinya masing-masing. Perawat sebagai salah satu tim kesehatan mempunyai peran yang sangat besar dalam mengatasi hiperglikemi. diperlukan peran perawat sebagai pelaksana dan pendidik dengan tidak mengabaikan kolaboratif. Pentingnya peran perawat sebagai pendidik agar penderita hiperglikemi mau dan mampu untuk melakukan latihan jasmani secara teratur dan mengatur pola makannya yang dapat mencegah terjadinya komplikasi dari hiperglikemi.

B.     Tujuan
Adapun tujuan yang ingin disampaikan penulis dalam makalah Asuhan Keperawatan Klien dengan Diabetes Militus ini adalah :
ü  Mengetahui Pengertian,penyebab,komplikasi dari DM.
ü  Dapat menganalisa data untuk menentukan diagnosa keperawatan pada klien dengan  masalah Hiperglikemi
BAB II  PEMBAHASAN

A.Pengertian
Diabetes Mellitus ( DM ) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan herediter, demam tanda – tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau tidak adanya gejala klinik akut ataupun kronik, sebagai akibat dari kuranganya  insulin efektif di dalam tubuh, gangguan primer terletak pada metabolisme karbohidrat yang biasanya disertai juga gangguan metabolisme lemak dan protein. ( Askandar, 2000 ).

B.Etiologi
DM mempunyai etiologi yang heterogen, dimana berbagai lesi dapat menyebabkan insufisiensi insulin, tetapi determinan genetik biasanya memegang peranan penting pada mayoritas DM. Faktor lain yang dianggap sebagai kemungkinan etiologi DM yaitu :
  1. Kelainan sel beta pankreas, berkisar dari hilangnya sel beta sampai kegagalan sel beta melepas insulin.
  2. Faktor – faktor lingkungan yang mengubah fungsi sel beta, antara lain agen yang dapat menimbulkan infeksi, diet dimana pemasukan karbohidrat dan gula yang diproses secara berlebihan, obesitas dan kehamilan.
  3. Gangguan sistem imunitas. Sistem ini dapat dilakukan oleh autoimunitas yang disertai pembentukan sel – sel antibodi antipankreatik dan mengakibatkan kerusakan sel – sel penyekresi insulin, kemudian peningkatan kepekaan sel beta oleh virus.
  4. Kelainan insulin. Pada pasien obesitas, terjadi gangguan kepekaan jaringan terhadap insulin akibat kurangnya reseptor insulin yang terdapat pada membran sel yang responsir terhadap insulin.
C.Patofisiologi
Sebagian besar gambaran patologik dari DM dapat dihubungkan dengan salah satu efek utama akibat kurangnya insulin berikut:
  1. Berkurangnya pemakaian glukosa oleh sel – sel tubuh yang mengakibatkan naiknya konsentrasi glukosa darah setinggi 300 – 1200 mg/dl.
  2. Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah penyimpanan lemak yang menyebabkan terjadinya metabolisme lemak yang abnormal disertai dengan endapan kolestrol pada dinding pembuluh darah.
  3. Berkurangnya protein dalam jaringan tubuh.
Pasien – pasien yang mengalami defisiensi insulin tidak dapat mempertahankan kadar glukosa plasma puasa yang normal atau toleransi sesudah makan. Pada hiperglikemia yang parah yang melebihi ambang ginjal normal ( konsentrasi glukosa darah sebesar 160 – 180 mg/100 ml ), akan timbul glikosuria karena tubulus – tubulus renalis tidak dapat  menyerap kembali semua glukosa. Glukosuria ini akan mengakibatkan diuresis osmotik yang menyebabkan poliuri disertai kehilangan sodium, klorida, potasium, dan pospat. Adanya poliuri menyebabkan dehidrasi dan timbul polidipsi. Akibat glukosa yang keluar bersama urine maka pasien akan mengalami keseimbangan protein negatif dan berat badan menurun serta cenderung terjadi polifagi. Akibat yang lain adalah astenia atau kekurangan energi sehingga pasien menjadi cepat telah dan mengantuk yang disebabkan oleh berkurangnya atau hilangnya protein tubuh dan juga berkurangnya penggunaan karbohidrat untuk energi.=

D.Menifestasi Klinik
1.      Poliuria
2.      Polidipsi
3.      Polipagia
4.      Penurunan berat badan
5.      Kelemahan, keletihan dan mengantuk
6.      Malaise
7.      Kesemutan pada ekstremitas
8.      Infeksi kulit dan pruritus
9.      Timbul gejala ketoasidosis & samnolen bila berat
E.Komplikasi
Beberapa komplikasi dari Diabetes Mellitus (Mansjoer dkk, 1999) adalah
·         Akut
·         Hipoglikemia dan hiperglikemia
·         Penyakit makrovaskuler : mengenai pembuluh darah besar, penyakit jantung koroner (cerebrovaskuler, penyakit pembuluh darah kapiler).
·         Penyakit mikrovaskuler, mengenai pembuluh darah kecil, retinopati, nefropati.
·         Neuropati saraf sensorik (berpengaruh pada ekstrimitas), saraf otonom berpengaruh pada gastro intestinal, kardiovaskuler (Suddarth and Brunner, 1990).
·         Komplikasi menahun Diabetes Mellitus
·         Neuropati diabetik
·         Retinopati diabetik
·         Nefropati diabetik
·          Proteinuria
·         Kelainan koroner
·         Gangren

D.Penatalaksanaan
Tujuannya :
a.    Jangka panjang    : mencegah komplikasi
b.    Jangka pendek    : menghilangkan keluhan/gejala DM

a.    Diet
·         Perhimpunan Diabetes Amerika dan Persatuan Dietetik Amerika Merekomendasikan = 50 – 60% kalori yang berasal dari :
·         Karbohidrat    60 – 70%
·         Protein    12 – 20 %
·         Lemak    20 – 30 %
b.Latihan
Latihan dengan cara melawan tahanan dapat menambah laju metablisme istirahat, dapat menurunkan BB, stres dan menyegarkan tubuh. Latihan menghindari kemungkinan trauma pada ekstremitas bawah, dan hindari latihan dalam udara yang sangat panas/dingin, serta pada saat pengendalian metabolik buruk. Gunakan alas kaki yang tepat dan periksa kaki setiap hari sesudah melakukan latihan.

c.Pemantauan
Pemantauan kadar Glukosa darah secara mandiri.
d.Terapi (jika diperlukan)
e.Pendidikan

E.Klasifikasi

1.      DM Tipe I (IDDM : DM tergantung insulin)
2.      DM Tipe II (DM tidak tergantung insulin = NIDDM)
3.      DM Malnutrisi
4.      DM Tipe Lain

F.Pemeriksaan Diagnostik
·         Gula darah meningkat.Kriteria diagnostik WHO untuk DM pada dewasa yang tidak hamil :
a.    Glukosa plasma sewaktu/random > 200 mg/dl (11,1 mmol/L)
b.    Glukosa plasma puasa/nuchter > 140 mg/dl (7,8 mmol/L)
c.    Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial) > 200 mg/dl.
·         Tes Toleransi GlukosaØ
Tes toleransi glukosa oral : pasien mengkonsumsi makanan tinggi kabohidrat (150 – 300 gr) selama 3 hari sebelum tes dilakukan, sesudah berpuasa pada malam hari keesokan harinya sampel darah diambil, kemudian karbohidrat sebanyak 75 gr diberikan pada pasien
(Brunner & Suddarth, 2003)
·         Aseton plasma (keton)    : positif secara mencolok
·         Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat
·         Osmolaritas serum : meningkat,< 330 mosm/dl

·         Elektrolit :
ü  Natrium    :     meningkat atau menurun
ü  Kalium    :    (normal) atau meningkat semu (pemindahan seluler) selanjutnya menurun.
ü  Fosfor    :    lebih sering meningkat
·         Gas darah arteri : biasanya menunjukkan pH rendah dan Po menurunØ pada HCO3 (asidosis metabolik) dengan kompensasi alkolosis resperatorik.
·         Trombosit darah : H+ mungkin meningkat (dehidrasi) ; leukositosis; hemokonsentrasi merupakan resnion terhadap sitosis atau infeksi.
·         Ureum/kreatinin : meningkat atau normal (dehidrasi/menurun fungsi ginjal).
·         Urine : gula dan aseton (+), berat jenis dan osmolaritas mungkin meningkat.Ø
(Doengoes, 2000).




BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

A.Pengkajian
·         Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien ?
·         Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan Sebelumnya
Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat terapi insulin jenis apa, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau tidak, apa saja yang dilakukan klien untuk menanggulangi penyakitnya.
·         Aktivitas/ Istirahat :
Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot menurun.
·         Sirkulasi
Adakah riwayat hipertensi,AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki yang penyembuhannya lama, takikardi, perubahan tekanan darah
·         Integritas Ego
Stress, ansietas
·         Eliminasi
Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare
·         Makanan / Cairan
Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan, haus, penggunaan diuretik.
·         Neurosensori
Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot, parestesia,gangguan penglihatan.
·         Nyeri / Kenyamanan
Abdomen tegang, nyeri (sedang / berat)
·         Pernapasan
Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi / tidak)
·         Keamanan
Kulit kering, gatal, ulkus kulit.


B.Diagnosa

1.      Kekurangan volume cairan berhubungan dengan osmotik, kehilangan gastrik berlebihan, masukan yang terbatas.
2.      Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidak cukupan insulin penurunan masukan oral, status hipermetabolisme.
3.      Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status metabolik (neuropati perifer).
4.      Resti infeksi berhubungan dengan kadar glukosa tinggi, penurunan fungsi leukosit, perubahan sirkulasi.
5.      Kurang pengetahuan mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi. (Doengoes, 2000)

C. Intervensi
1.      Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik, kehilangan gastrik berlebihan, masukan yang terbatas ditandai dengankulit kering, turgor buruk. ¯Peningkatan haluaran urin, urine encer, haus, lemah, BB.Hasil yang diharapkan :
Tanda vital stabil, turgor kulit baik, haluaran urin normal, kadar elektrolit dalam batas normal.

Mandiri
·         Pantau tanda vital    Hipovolemia dapat ditandai dengan hipotensi dan takikardi.
·         Kaij suhu, warna kulit dan kelembaban.  Pantau masukan dan pengeluaran, catat urin.
·         Ukur BB setiap hari.
·         Tingkatkan lingkungan yang nyaman selimuti dengan selimut tipis 
·         Catat hal-hal yang dilaporkan seperti mual, nyeri abdomen, muntah, distensi lambung.

Kolaborasi
·         Berikan terapi cairan sesuai indikasi
·         Pasang selang NGT dan lakukan penghisapan sesuai dengan indikasi.    

2.      Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidak cukupan insulin, penurunan masukan oral, hipermetabolisme. Ditandai dengan kelemahan, kelelahan, tonus otot buruk,BB menurun  diare. Kriteria Hasil : Mencerna jumlah nutrien yang tepat, menunjukkan tingkat energi biasanya, BB stabil/

Mandiri
·         Timbang BB setiap hari    
·         Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan makanan yang dihabiskan pasien.    
·         Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri, abdomen, mual, muntah.
·         Identifikasi makanan yang disukai.    
·         Libatkan keluarga pada perencanaan makan sesuai indikasi.    
·         Memberikan informasi pada keluarga untuk memahami kebutuhan nutrisi pasien.

Kolaborasi
·         Kolaborasi dengan ahli diet    Sangat bermanfaat dalam perhitungan dan penyesuaian diet untuk memenuhi kebutuhan pasien.

3.      Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status metabolik (neuropati perifer).

·         Kaji luka, adanya epitelisasi, perubahan warna, edema, dan discharge, frekuensi ganti balut.
·         Kaji tanda vital
·         Kaji adanya nyeri
·         Kolaborasi pemberian insulin dan medikasi.
·         Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi.


4.      Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kadar glukosa tinggi, penurunan fungsi lekosit/perubahan sirkulasi. Kriteria hasil : Infeksi tidak terjadi

Mandiri
·         Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan.
·         Tingkatkan upaya pencegahan dengan mencuci tangan bagi semua orang yang berhubungan dengan pasien, meskipun pasien itu sendiri.    
·         Pertahankan teknik aseptik prosedur invasif 
·         Berikan perawatan kulit dengan teratur dan sungguh-sugguh, massage daerah yang tertekan. Jaga kulit tetap kering, linen tetap kering dan kencang.    
·         Bantu pasien melakukan oral higiene.    
·         Anjurkan untuk makan dan minum adekuat.  
Kolaborasi  
·         Kolaborasi tentang pemberian antibiotik yang sesuai    Penanganan awal dapat membantu mencegah timbulnya sepsis.





BAB IV PENUTUP

A.Kesimpulan

         Setelah kami menyusun askep yang berjudul Diabetes Militus kami dapat menyimpulkan bahwa definisi dari penyakit DM adalah penyakit metabolik yang kebanyakan herediter, demam tanda – tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau tidak adanya gejala klinik akut ataupun kronik, sebagai akibat dari kuranganya  insulin efektif di dalam tubuh, gangguan primer terletak pada metabolisme karbohidrat yang biasanya disertai juga gangguan metabolisme lemak dan protein.

Penyakit ini tidak hanya terdapat pada Orang dewasa tetapi juga anak-anak. Adapun perbedaan diagnosa antara anak dan orang dewasa.

Diagnosa DM pada Orang dewasa

1.      Kekurangan volume cairan berhubungan dengan osmotik, kehilangan gastrik berlebihan, masukan yang terbatas.
2.      Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidak cukupan insulin penurunan masukan oral, status hipermetabolisme.
3.      Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status metabolik (neuropati perifer).
4.      Resti infeksi berhubungan dengan kadar glukosa tinggi, penurunan fungsi leukosit, perubahan sirkulasi.

Diagnosa DM pada Anak-anak

1.      Resiko injuri berhubungan dengan kekurangan insulin
2.      Tidak efektifnya koping keluarga ; kompromi berhubungan dengan perawatan rumah dalam mencegah hypo dan hyperglikemia
3.      Ketakutan anak berhubungan dengan pemberian insulin
4.      Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari berhubungan dengan, penurunan produksi insulin
5.      Resiko infeksi berhubungan dengan gangguan sirkulasi / sensori
6.      Kecemasan anak / keluarga berhubungan dengan diagnosis diabetes dan komplikasi.









DAFTAR PUSTAKA

Luecknote, Annette Geisler, Pengkajian Gerontologi alih bahasa Aniek Maryunani, Jakarta:EGC, 1997.

Doenges, Marilyn E, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3 alih bahasa I Made Kariasa, Ni Made Sumarwati, Jakarta : EGC, 1999.

Carpenito, Lynda Juall, Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 alih bahasa YasminAsih, Jakarta : EGC, 1997.

Dr. Sidhartani Zain. (1981), Ilmu Kesehatan Anak Untuk Perawat, Ikip Semarang, Semarang.
Dr. Sidhartani Zain. (1991), Penatalaksanaan Kegawatan Neonatus, Universitas Diponegoro Semarang, Semarang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar