BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar belakang
Berdasarkan tujuan Pembangunan kesehatan menuju Indonesia
Sehat 2012 adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
agar derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui terciptanya
masyarakat, bangsa dan negara yang
ditandai oleh penduduk yang hidup dengan perilaku dan dalam lingkungan yang
sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu
secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang optimal diseluruh wilayah Republik Indonesia.
Untuk itu penulis
sangat tertarik untuk mengetahui bagaimana cara perawatan yang lebih intensif,
untuk itu penulis memilih judul laporan kasus “ Asuhan Keperawatan Pada Klien
Dengan Penyakit Hipotiroid”.
B.Tujuan
1.
Mahasiswa mampu untuk memahami pengertian, etiologi, klasifikasi,,
pathway, patofisiologi, pemeriksaan diagnostik , penatalaksanaan.
2.
Mahasiswa mampu untuk memberikan asuhan keperawatan pada klien
dengan Hipotiroid.
C. Manfaat
Penulisan
1. Bagi Mahasiswa
a. Mahasiswa
mampu membuat asuhan keperawatan pada klien dengan Hipotiroid.
b. Mahasiswa mampu menjelaskan kembali
tentang penyakit Hipotiroid.
2.Bagi Pasien
a. Pasien mengetahui tentang penyakit
Hipotiroid .
b. Pasien mengetahui tentang penanganan
Hipotiroid .
BAB II
TINJAUNA
TEORITIS
A.DEFINISI
Hipotiroid merupakan keadaan yang ditandai
dengan terjadinya hipofungsi tiroid yang berjalan lambat dan diikuti oleh
gejala-gejala kegagalan tiroid. Keadaan ini terjadi akibat kadar hormone tiroid
berada dibawah nilai optimal.
Hipertiroidisme
adalah suatu sindrome klinis akibat dari defisiensi hormon tiroid yang
mengakibatkan fungsi metabolik. (Greenspan, 2000)
Hipotiroidisme
(hiposekresi hormone tiroid) adalah status metabolic yang di akibatkan oleh
kekurangan hormone tiroid. Hipotiroidisme kognital dapat mengakibatkan
kretinisme.
Hipotiroid
adalah penurunan sekresi hormon kelenjar tiroid sebagai akibat kegagalan
mekanisme kompensasi kelenjar tiroid dalam memenuhi kebutuhan jaringan tubuh
akan hormon-hormon tiroid . (Hotma Rumahorbo S.kep,1999)
Hipotiroid dibagi menjadi 3
tipe:
- Hipotiroid primer : kerusakan pada kelenjar tiroid
- Hipotiroid sekunder: akibat defisiensi sekresi TSH oleh hipofisis
- Hipotiroid Tersier : Akibat defiensi sekresi TRH oleh hipotalamus
B.ANATOMI
FISIOLOGI KELENJAR TIROID
Kelenjar tiroid dibungkus mengitari bagian
depan dari trachea bagian atas, kelenjar ini terdiri dari 2 lobus
dihubungkan oleh itsmus. Kelenjar ini diperdarahi dari arteri tiroid
superior dan inferior. Tiroid terbentuk atas masa kosong yang berbentuk folikel.
Setiap folikel mempunyai dinding satu sel tebal dan mengandung koloid seperti
jeli.
Lapisan sel-sel folikel mempunyai kemampuan yang
sangat besar dalam mengekstrasi iodin dari dalam darah dan
menggabungkannya dengan tirosin asam amino, untuk membentuk suatu hormon
tri-iodotironin (T3) aktif. Sebagian tiroksin yang
kurang aktif juga dibentuk. Tiroksin (T4) diiubah menjadi tri-iodotironin
(T3) di dalama tubuh. Senyawa ini dan intermediat tertentu disimpan
dalam koloid dari folikel. Penyimpanan ini penting, karena iodin mungkin tidak
terdapat didalam diet. Dimana dalam keadaan ini kelenjar tiroid akan membesar
yang disebut Goiter
Mekanisme pembentukan hormon Tiroid
Pembentukan hormon tiroid
dimulai dari aktivitas hipotalamus yang menghasilkan Thyroid
Releasing Hormone (TRH). TRH akan menstimulasi Hipofisis anterior
untuk menghasilkan Thyroid Stimulating Hormon (TSH). TSH akan
menstimulasi pembentukan T3 dan T4 dalam
folikel dengan menggabungkan iodin dalam darah dan tirosin asam amino.
Pembentukan TSH dihambat oleh tingginya kadar hormon tiroid.
Hormon tiroid meningkatkan
laju metabolik dari semua jaringan, mungkin dengan meningkatkan sintesa enzim
pernafasan dalam sel.
C.ETIOLOGI
Hipotiroidisme biasanya terjadi pada pasien dengan riwayat
hipertiroidisme yang mengalami terapi radioiodium, pembedahan, atau preparat
antitiroid. Kejadian ini paling sering ditemukan pada wanita lanjut usia.
Terapi radiasi untuk penanganan kanker kepala dan leher kini semakin sering
menjadi penyebab hipotiroidime pada lansia laki-laki.
Secara klinis dikenal 3 hipotiroidisme, yaitu :
1. Hipotiroidisme sentral, karena kerusakan hipofisis
atau hypothalamus
2. Hipotiroidisme primer apabila yang rusak kelenjar
tiroid
3. Karena sebab lain, seperti farmakologis, defisiensi
yodium, kelebihan yodium, dan resistensi perifer.
D. PATOFISIOLOGI
Iodium merupakan semua bahan utama yang dibutuhkan
tubuh untuk pembentukan hormon tyroid. Bahan yang mengandung iodium diserap
usus, masuk ke dalam sirkulasi darah dan ditangkap paling banyak oleh kelenjar
tyroid. Dalam kelenjar, iodium dioksida menjadi bentuk yang aktif yang
distimuler oleh Tiroid Stimulating Hormon kemudian disatukan menjadi molekul
tiroksin yang terjadi pada fase sel koloid. Senyawa yang terbentuk dalam
molekul diyodotironin membentuk tiroksin (T4) dan molekul yoditironin (T3).
Tiroksin (T4) menunjukkan pengaturan umpan balik negatif dari sekresi Tiroid
Stimulating Hormon dan bekerja langsung pada tirotropihypofisis, sedang
tyrodotironin (T3) merupakan hormon metabolik tidak aktif. Beberapa obat dan
keadaan dapat mempengaruhi sintesis, pelepasan dan metabolisme tyroid sekaligus
menghambat sintesis tiroksin (T4) dan melalui rangsangan umpan balik negatif
meningkatkan pelepasan TSH oleh kelenjar hypofisis. Keadaan ini menyebabkan
pembesaran kelenjar tyroid.( Hotma Rumahorbo,1999)
Patofisiologi hipotiroidisme brdasarkan atas masing-masing penyebab yang dapat menyebabkan hipotiroidisme, yaitu :
a. Hipotiroidisme sentral (HS)
Apabila gangguan faal tiroid terjadi karena adanya
kegagalan hipofisis, maka disebut hipotiroidisme sekunder, sedangkan apabila
kegagalan terletak di hipothalamus disebut hipotiroidisme tertier. 50% HS
terjadi karena tumor hipofisis. Keluhan klinis tidak hanya karena desakan
tumor, gangguan visus, sakit kepala, tetapi juga karena produksi hormon yang
berlebih (ACTH penyakit Cushing, hormon pertumbuhan akromegali, prolaktin
galaktorea pada wanita dan impotensi pada pria). Urutan kegagalan hormon akibat
desakan tumor hipofisis lobus anterior adalah gonadotropin, ACTH, hormon
hipofisis lain, dan TSH.
b. Hipotiroidisme Primer (HP)
Hipogenesis atau agenesis kelenjar tiroid. Hormon
berkurang akibat anatomi kelenjar. Jarang ditemukan, tetapi merupakan etiologi
terbanyak dari hipotiroidisme kongenital di negara barat. Umumnya ditemukan
pada program skrining massal. Kerusakan tiroid dapat terjadi karena, 1.
Operasi, 2. Radiasi, 3. Tiroiditis autoimun, 4. Karsinoma, 5. Tiroiditis
subakut, 6. Dishormogenesis, dan 7. Atrofi
Pascaoperasi. Strumektomi dapat parsial (hemistrumektomi
atau lebih kecil), subtotal atau total. Tanpa kelainan lain, strumektomi
parsial jarang menyebabkan hipotiroidisme. Strumektomi subtotal M. Graves
sering menjadi hipotiroidisme dan 40% mengalaminya dalam 10 tahun, baik karena
jumlah jaringan dibuang tetapi juga akibat proses autoimun yang mendasarinya.
Pascaradiasi. Pemberian RAI (Radioactive iodine) pada
hipertiroidisme menyebabkan lebih dari 40-50% pasien menjadi hipotiroidisme
dalam 10 tahun. Tetapi pemberian RAI pada nodus toksik hanya menyebabkan
hipotiroidisme sebesar <5%. Juga dapat terjadi pada radiasi eksternal di
usia <20 tahun : 52% 20 tahun dan 67% 26 tahun pascaradiasi, namun
tergantung juga dari dosis radiasi.
Tiroiditis autoimun. Disini terjadi inflamasi akibat
proses autoimun, di mana berperan antibodi antitiroid, yaitu antibodi terhadap
fraksi tiroglobulin (antibodi-antitiroglobulin, Atg-Ab). Kerusakan yang luas
dapat menyebabkan hipotiroidisme. Faktor predisposisi meliputi toksin, yodium,
hormon (estrogen meningkatkan respon imun, androgen dan supresi
kortikosteroid), stres mengubah interaksi sistem imun dengan neuroendokrin.
Pada kasus tiroiditis-atrofis gejala klinisnya mencolok. Hipotiroidisme yang
terjadi akibat tiroiditis Hashimoto tidak permanen.
Tiroiditis Subakut. (De Quervain) Nyeri di
kelenjar/sekitar, demam, menggigil. Etiologi yaitu virus. Akibat nekrosis
jaringan, hormon merembes masuk sirkulasi dan terjadi tirotoksikosis (bukan
hipertiroidisme). Penyembuhan didahului dengan hipotiroidisme sepintas.
Dishormogenesis. Ada defek pada enzim yang berperan
pada langkah-langkah proses hormogenesis. Keadaan ini diturunkan, bersifat
resesif. Apabila defek berat maka kasus sudah dapat ditemukan pada skrining
hipotiroidisme neonatal, namun pada defek ringan, baru pada usia lanjut.
Karsinoma. Kerusakan tiroid karena karsinoma primer
atau sekunder, amat jarang.
Hipotiroidisme sepintas. Hipotiroidisme sepintas (transient) adalah keadaan hipotiroidisme yang cepat menghilang. Kasus ini sering dijumpai. Misalnya pasca pengobatan RAI, pasca tiroidektomi subtotalis. Pada tahun pertama pasca operasi morbus Graves, 40% kasus mengalami hipotiroidisme ringan dengan TSH naik sedikit. Sesudah setahun banyak kasus pulih kembali, sehingga jangan tergesa-gesa memberi substitusi. Pada neonatus di daerah dengan defisiensi yodium keadaan ini banyak ditemukan, dan mereka beresiko mengalami gangguan perkembangan saraf.
Hipotiroidisme sepintas. Hipotiroidisme sepintas (transient) adalah keadaan hipotiroidisme yang cepat menghilang. Kasus ini sering dijumpai. Misalnya pasca pengobatan RAI, pasca tiroidektomi subtotalis. Pada tahun pertama pasca operasi morbus Graves, 40% kasus mengalami hipotiroidisme ringan dengan TSH naik sedikit. Sesudah setahun banyak kasus pulih kembali, sehingga jangan tergesa-gesa memberi substitusi. Pada neonatus di daerah dengan defisiensi yodium keadaan ini banyak ditemukan, dan mereka beresiko mengalami gangguan perkembangan saraf.
E. Pengaruh Obat Farmakologis
Dosis OAT (Obat Anti Tiroid) berlebihan menyebabkan
hipotiroidisme. Dapat juga terjadi pada pemberian litium karbonat pada pasien
psikosis. Hati-hatilah menggunakan fenitoin dan fenobarbital sebab meningkatkan
metabolisme tiroksin di hepar. Kelompok kolestiramin dan kolestipol dapat
mengikat hormon tiroid di usus. Defisiensi yodium berat serta kelebihan yodium
kronis menyebabkan hipotiroidisme dan gondok, tetapi sebaliknya kelebihan akut
menyebabkan IIT (iodine induced thyrotoxcisos).
Bahan farmakologis yang menghambat sintesis hormon
tiroid yaitu tionamid (MTU, PTU, karbimazol), perklorat, sulfonamid, yodida dan
yang meningkatkan katabolisme atau penghancuran hormon tiroid yaitu fenitoin,
fenobarbital, yang menghambat jalur enterohepatik hormon tiroid yaitu
kolestipol dan kolestiramin.
Kelenjar tiroid bekerja di bawah pengaruh kelenjar
hipofisis, tempat diproduksi hormon tirotropik. Hormon ini mengatur produksi
hormon tiroid yaitu tiroksin dan tri-iodotironin. Kedua hormon tersebut
dibentuk dari monoiodo-tirosin dan diiodo-tirosin. Untuk ini diperlukan yodium.
T3 dan T4 diperlukan dalam proses metabolik di dalam badan, lebih-lebih pada
pemakaian oksigen. Selain itu ia merangsang sintesis protein dan mempengaruhi
metabolisme karbohidrat, lemak dan vitamin. Hormon ini juga diperlukan untuk
mengolah karoten menjadi vitamin A. Untuk pertumbuhan badan, hormon ini sangat
dibutuhkan, tetapi harus bekerja sama dengan growth hormone.
E.MANIFESTASI KLINIK
Sering merasa kelelahan ketika bangun di pagi hari,
kenaikan berat badan, sering merasa kedinginan sepanjang waktu terutama tangan
dan kaki merupakan gejala umum dari hipotiroid. Adapun gejala umum
hipotiroidisme yang lain, adalah :
- Depresi dan mudah stress.
- Nyeri / sakit pada seluruh anggota tubuh, terkadang diikuti sakit kepala.
- Insomnia atau susah tidur.
- Sembelit atau susah buang air besar.
- Kerontokan pada rambut dan sebagian lagi mengalami kekeringan.
- Berkurangnya / menurunnya daya ingat dan konsentrasi.
- Penurunan CO
- Kebutuhan oksigen menurun
- Hiperlipidemia
- Hiperkolestrolemia
- Anemia
- Penurunan transportasi oksigen
- Penurunan peristaltik
- Anoreksia
- Peningkatan BB
- Konstipasi
- absorbsi glukosa lambat
- Pembesaran pada leher
- Apatis
- Berbicara lambat
- Sering berkeringat
- Udema
- Dispnea
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1.Pemeriksaan T3 dan T4 serum
Jika kadar TSH meningkat, maka T4 menurun sehingga terjadi hipotiroid.
Jika kadar TSH meningkat, maka T4 menurun sehingga terjadi hipotiroid.
·
T3 serum(0,6 – 1,85 mg/dl)
·
T4 serum (4,8 – 12,0 mg/dl)
·
TSH (0,4 – 6,0 mg/dl)
2. Pemeriksaan TSH
Diproduksi kelenjar hipofise
merangsang kelenjar tiroid untuk membuat dan mengeluarkan hormon tiroid. Saat
kadar hormon tiroid menurun, maka TSH akan menurun. Pemeriksaan TSH menggunakan
uji sensitif merupakan scirining awal yang direkomendasikan saat dicurigai
penyakit tiroid. Dengan mengetahui kadar TSH, maka dapat dibedakan anatara
pasien hipotiroid,hipertiroid dan orang normal. Pada dasar nya TSH nrmal dapat
menyingkirkan penyakit tiroid primer.
Kadar TSH meningkat sehingga terjadi hipotiroid
Kadar TSH meningkat sehingga terjadi hipotiroid
.
3. Pemeriksaan USG dan scan tiroid
3. Pemeriksaan USG dan scan tiroid
Memberikan informasi yang tepat tentang ukuran
serta bentuk kelenjar tiroid dan nodul.(Hotma Rumahorbo, 1999)
G.PENATALAKSANAAN
Tujuan primer penatalaksaan hipotioidisme adalah
memulihkan metabolisme pasien kembali kepada keadaan metabolik normal dengan
cara mengganti hormon yang hilang. Levotiroksin sintetik (Synthroid atau
Levothroid) merupakan preparat terpilih untuk pengobatan hipotiroidisme dan
supresi penyakit goiter nontoksik.
Yang perlu diperhatikan adalah :
Yang perlu diperhatikan adalah :
a. Dosis awal
b. Cara menaikan dosis tiroksin
b. Cara menaikan dosis tiroksin
Tujuan pengobatannya :
a. Meringankan keluhan dan gejala
b. Menormalkan metabolisme
c. Menormalkan TSH
d. Membuat T3 dan T4 normal
e. Menghindari komplikasi dan resiko
a. Meringankan keluhan dan gejala
b. Menormalkan metabolisme
c. Menormalkan TSH
d. Membuat T3 dan T4 normal
e. Menghindari komplikasi dan resiko
Beberapa prinsip dapat digunakan dalam melaksakanan
subsitusi:
a.
Makin berat hipotiroidisme, makin rendah dosisi awal
dan makin landai meningkatan dosis.
b.
Geriatri dengan angina pektoris, CHF, gangguan irama, dosis
harus hati-hati.
Tiroksin dianjurkan minum pagi hari dalam keadaan peru kosong dan tidak bersama bahan lain yang menggangu serapan usus. Contohnya pada penyakit sindrom malabsorsi, short bowel sindrome, sirosis, obat (sukralfat, alluminium hidroksida, kolestiramin, formula kedele, sulfat, ferosus, kalsium kalbronat dll) ( Aru W. sudoyo:1939).
Tiroksin dianjurkan minum pagi hari dalam keadaan peru kosong dan tidak bersama bahan lain yang menggangu serapan usus. Contohnya pada penyakit sindrom malabsorsi, short bowel sindrome, sirosis, obat (sukralfat, alluminium hidroksida, kolestiramin, formula kedele, sulfat, ferosus, kalsium kalbronat dll) ( Aru W. sudoyo:1939).
Penatalaksanaan medis umum lainnya :
a. Farmakoligi:
a. Farmakoligi:
·
Penggantian hormon tiroid seperti natrium
levotiroksin(synthoroid), natrium liotironin (cytomel).
b. Diet rendah kalori (Barbara Endang:569)
BAB III
KONSEP TEORITIS
KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Data Subjektif
1.
Riwayat Pengalaman perubahan status sosial/ mental
2.
Mengalami sakit dada atau palpitasi
3.
Mengalami dispnea ketika melakukan aktivitas atau
istirahat
4.
Riwayat perubahan pada kuku, rambut, kulit, dan banyak
keringat
5.
Mengeluh gangguan penglihatan dan mata cepat lelah
6.
Perubahan asupan makanan dan berat badan
7.
Perubahan eliminasi feses, frekuensi dan banyaknya
8.
Intoleransi terhadap cuaca panas
9.
Mengeluh cepat lelah dan tidak mampu melakukan semua
aktivitas hidup sehari-hari
10. Perubahan menstruasi atau libido
11. Pengetahuan tentang sifat penyakit, pengobatan, serta
efek dan efek samping obat (Barddero, Marry, dkk. 2009)
Data Objektif
1.
Status Mental : Perhatian pendek, emosi labil, tremor,
hiperkinesia
2.
Perubahan Kardiovaskular : Tekanan darah sistolik
meningkat, tekanan diastolik menurun, takikardi a walaupun waktu istirahat,
disritmia dan murmur
3.
Perubahan pada Kulit : Hangat, kemerahan dan basah
4.
Perubahan pada Rambut : Halus dan menipis
5.
Perubahan pada Mata : Lidlag, glovelag, diplopia, dan
penglihatan kabur
6.
Perubahan Nutrisi / Metabolik : Berat badan menurun,
nafsu makan dan asupan makan bertambah serta kolesterol dantrigliserida serum
menurun
7.
Perubahan Muskuloskeletal : Otot lemah, tonus
otot kurang dan sulit berdiri dari posisi duduk
Hasil pemeriksaan diagnostik yang harus dikaji adalah
peningkatan T3 dan T4 serum dan penurunan TSH
serum(Barddero, Marry, dkk. 2009)
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
·
Pola napas tidak efektif berhubungan dengan depresi
ventilasi
·
Penurunan curah jantung berhubungan dengan volume
sekuncup akibat brakikardi
·
Konstipasi berhubungan dengan penurunan
gastrointestinal
·
Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh s.d. peningkatan
kecepatan metabolisme
·
Perubahan suhu tubuh berhubungan dengan produksi kalor
menurun
·
Perubahan pola berpikir berhubungan dengan gangguan
metabolisme dan perubahan status kardiovaskuler serta pernapasan.
·
Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan
penurunan proses kognitif.
C.INTERVENSI
Diagnosa I : Pola napas
tidak efektif berhubungan dengan depresi ventilasi
Tujuan : Perbaikan status
respiratorius dan pemeliharaan pola napas yang normal.
Intervensi :
- Observasi frekuensi; kedalaman, pola pernapasan; oksimetri denyut nadi R/Mengidentifikasi hasil pemeriksaan dasar untuk memantau perubahan selanjutnya dan mengevaluasi efektifitas intervensi.
·
Pelihara saluran napas pasien dengan
melakukan pengisapan dan dukungan ventilasi jika diperlukan.
R/Penggunaan saluran napas artifisial dan
dukungan ventilasi mungkin diperlukan jika terjadi depresi pernapasan
·
Dorong dan ajarkan pasien untuk napas
dalam dan batuk.
R/Mencegah aktifitas dan meningkatkan
pernapasan yang adekuat.
·
Berikan obat (hipnotik dan sedatip) dengan
hati-hati
R/Pasien hipotiroidisme sangat rentan
terhadap gangguan pernapasan akibat gangguan obat golongan hipnotik-sedatif.
Diagnosa II : Penurunan curah jantung berhubungan
dengan volume sekuncup akibat brakikardi
Intervensi :
·
Catat warna kulit dan kaji kualitas nadi
R/ Sirkulasi perifer turun jika curah jantung turun.
Membuat kulit pucat atau warna abu-abu dan menurunnya kekuatan nadi
·
Auskultasi suara nafas dan Catat
R/ S3,S4 dan creackles terjadi karena dekompensasi
jantung atau beberapa obat(penyekat beta).
·
Dampingi pasien pada saat melakukan aktivitas.
R/ Penghematan energy membantu menurunkan beban
jantung
·
Lakukan pengukuran tekanan darah (bandingkan kedua
lengan pada posisi berdiri, duduk dan tiduran jika memungkinkan).
R/ Takikardi dapat terjadi karena nyeri, cemas,
hipoksemia dan menurunnya curah jantung. Perubahan juga terjadi pada
TD(hipo/hiper) karena respon jantung.
·
Kolaborasi dalam: pemeriksaan serial ECG, foto thorax,
pemberian obat-obatan anti disritmia.
R/ Untuk hasil penunjang dan pengobatan lebih lanjut
Diagnosa III : Konstipasi berhubungan dengan penurunan gastrointestinal
Tujuan : Pemulihan fungsi usus yang
normal.
Intervensi :
·
Auskultasi bisisng Usus
R/ mengetahui berapa frekuensi bising usus
klien
·
Pantau fungsi usus
R/ Memungkinkan deteksi konstipasi dan
pemulihan kepada pola defekasi yang normal.
· Berikan makanan yang kaya akan serat
R/Meningkatkan massa feses dan frekuensi
buang air besar
·
Dorong klien untuk meningkatkan mobilisasi
dalam batas-batas toleransi latihan.
R/Meningkatkan evakuasi feses
·
Ajarkan kepada klien, tentang jenis -jenis
makanan yang banyak mengandung air
R/Untuk peningkatan asupan cairan kepada
pasien agar . feses tidak keras
·
Kolaborasi : untuk pemberian obat pecahar
dan enema bila diperlukan.
R/Untuk mengencerkan fees.
Diagnosa IV : Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d peningkatan
kecepatan metabolisme
Tujuan :
Untuk mencukupi kebutuhan nutrisi
Intervensi
·
Observasi vital sign tiap 8 jam.
R/ mengetahui frekuensi Suhu,Nadi dan tekanan Darah
Klien
·
Observasi
bising usus tiap pagi
R/Mengetahui Frekuensi Bising usus
·
Timbang berat badan tiap pagi.
R/Untuk mengetahui Berat badan Klien
·
Anjurkan Klien untuk Diet tinggi kalori, tinggi
protein.
R/Memenuhi kecukupan nutrisi yang tidak terpenuhi
·
Kolaborasi pembeian Suplemen vitamin B Compleks
R/ Meningkatkan nafsu makan Klien.
Diagnosa V : Perubahan suhu tubuh berhubungan dengan produksi kalor menurun
Tujuan : Pemeliharaan suhu tubuh yang normal
Intervensi:
·
Observasi suhu tubuh pasien dan melaporkan
penurunannya dari nilai dasar suhu normal pasien.
R/Mendeteksi penurunan suhu tubuh dan
dimulainya koma miksedema
·
Berikan tambahan lapisan pakaian atau
tambahan selimut.
R/ Meminimalkan kehilangan panas
·
Berikan klien pengetahuan apa saja yang
harus dihindari dan bagaimana cara pencegah penggunaan sumber panas dari luar
(misalnya, bantal pemanas, selimut listrik atau penghangat).
R/ Mengurangi risiko vasodilatasi perifer
dan kolaps vaskuler.
·
Lindungi Klien terhadap pajanan hawa.
dingin dan hembusan angin.
R/ Meningkatkan tingkat kenyamanan pasien
dan menurunkan lebih lanjut kehilangan panas. .
·
Kolaborasi dalam pemberian Cairan Rl atau air hangat.
R/ untuk menormalkan suhu tubuh.
Diagnosa VI : Perubahan pola berpikir berhubungan dengan gangguan
metabolisme dan perubahan status kardiovaskuler serta pernapasan.
Tujuan : Perbaikan proses
berpikir.
Intervensi :
·
Orientasikan pasien terhadap waktu,
tempat, tanggal dan kejadian disekitar dirinya.
R/ meningkatkan pola pikir dan daya ingat
klien tentang sesuatu
·
Berikan stimulasi lewat percakapan dan
aktifitas yang tidak bersifat mengancam.
R/ Memudahkan stimulasi dalam batas-batas
toleransi pasien terhadap stres.
·
Jelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa perubahan
pada fungsi kognitif dan mental merupakan akibat dan proses penyakit . .
R/Meyakinkan pasien dan keluarga tentang
penyebab perubahan kognitif dan bahwa hasil akhir yang positif dimungkinkan
jika dilakukan terapi yang tepat
·
Kolaborasi dengan ahli Psikologi tentang terapy yang
cocok untuk masalah Proses Berpikir
R/ Memperbaiki proses berpikir
Diagnosa VII : Intoleran aktivitas berhubungan dengan. kelelahan dan
penurunan proses kognitif.
Tujuan : Meningkatkan partisipasi dalam aktivitas dan kemandirian
Intervensi
·
Observasi respons pasien terhadap peningkatan aktivitas
R/ Menjaga pasien agar tidak melakukan
aktivitas yang berlebihan atau kurang.
·
Atur interval waktu antar aktivitas untuk
meningkatkan istirahat dan latihan yang dapat ditelerir.
R/Mendorong aktivitas sambil memberikan
kesempatan untuk mendapatkan istirahat yang adekuat.
·
Bantu aktivitas perawatan mandiri ketika
pasien berada dalam keadaan lelah.
R/ Memberi kesempatan pada pasien untuk
berpartisipasi dalam aktivitas perawatan mandiri.
·
Berikan stimulasi melalui percakapan dan
aktifitas yang tidak menimbulkan stress.
R/Meningkatkan perhatian tanpa terlalu
menimbulkan stress pada pasien.
BAB IV
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Setelah kami
menyusun Askep yang berjudul Hipotiroid,kami dapat menyimpulkan definisi dari
Hipotiroid merupakan keadaan yang ditandai
dengan terjadinya hipofungsi tiroid yang berjalan lambat dan diikuti oleh
gejala-gejala kegagalan tiroid. Keadaan ini terjadi akibat kadar hormone tiroid
berada dibawah nilai optimal. Adapun diagnosa yang muncul Pada kasus Hipotiroid ini
yaitu :
·
Pola napas tidak efektif berhubungan dengan depresi
ventilasi
·
Penurunan curah jantung berhubungan dengan volume
sekuncup akibat brakikardi
·
Konstipasi berhubungan dengan penurunan gastrointestinal
·
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
peningkatan kecepatan metabolisme
·
Perubahan suhu tubuh berhubungan dengan produksi kalor
menurun
·
Perubahan pola berpikir berhubungan dengan gangguan
metabolisme dan perubahan status kardiovaskuler serta pernapasan.
·
Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan
penurunan proses kognitif.
B.SARAN
1. Dalam
menerapkan Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Hipotiroid diperlukan
pengkajian, konsep dan teori oleh seorang perawat.
2. Informasi
atau pendidkan kesehatan berguna untuk klien Hipotiroid.
3. Dukungan
psikologik sangat berguna untuk klien.
DAFTAR PUSTAKA
Flynn RW, McDonald TM, Jung RT, et al. Mortality and vascular outcomes in
patients treated for thyroid dysfunction, http://www.aafp.org/afp/20071001/bmj.html
last log in : December 1,2007
McDermott MT, Woodmansee WW, Haugen BR, Smart A,Ridgway EC. The Management
of subclinical hyperthyroidism by thyroid specialists. Thyroid 2004,90-110
Van Sande J, Parma J, Tonacchera M, Swillens S, Dumont J,Vassart G. Somatic
and clinical in thyroid diseases.2003, 201-220
Tidak ada komentar:
Posting Komentar