BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Diri pribadi adalah suatu ukuran atau kualitas yang
memungkinkan seseorang untuk dianggap dan dikenali sebagai individu yang
berbeda dengan individu lainnya. Kualitas yang membuat seseorang yang memiliki
kekhasan tersendiri sebagai manusia, tumbuh dan berkembangnya melalui interaksi
sosial, yaitu berkomunikasi dengan orang lain. Individu tidak dilahirkan dengan
membawa kepribadian. Seperti halnya diri fisik kita, maka diri sosial dan diri
psikologis manusia akan terus berkembang dan menjadi matang sejalan dengan usia
hidup kita.
Pengalaman dalam kehidupan akan membentuk diri pribadi setiap manusia, tetapi setiap
orang juga harus menyadari apa yang sedang terjadi dan apa yang telah terjadi
pada dirinya. Kesadaran terhadap diri pribadi ini pada dasarnya adalah suatu
proses persepsi yang ditujukan pada dirinya sendiri. Dalam hal ini orang akan
berusaha untuk mengenali dan memahami siapa dirinya.
Sehubungan dengan beberapa hal diatas. Penulis
menggangkat judul “Persepsi” dan berbagai journal mengenai presepsi.
B. Tujuan
a) Menambah pengetahuan penulis dan pembaca.
b) Agar pembaca mengetahui tentang persepsi.
C.Manfaat
a) Meningkatkan pengetahuan penulis dan pembaca.
b) Mengetahui dan mengerti tentang persepsi serta
journal mengenai presepsi.
BAB II PEMBAHASAN
A.Pengertian
Kata
persepsi memiliki beberapa makna, berikut dikemukakan beberapa pengertian
tentang persepsi. Sarwono ( 1997 : 94) mengungkapkan bahwa “persepsi dalam
pengertian psikologi adalah proses pencarian informasi untuk dipahami. Alat
untuk memperoleh informasi tersebut adalah penginderaan (penglihatan,
pendengaran, perabaan dan sebagainya ) “. Persepsi merupakan suatu proses yang
terjadi pada seseorang yaitu proses memahami atau memberi makna terhadap setiap
informasi yang diterima oleh seseorang melalui alat indra, dan selanjutnya
seseorang mempersepsi atau memahami informasi yang mereka terima. Berkaitan
dengan pengertian persepsi, Gibson (dalam Andrew, 1983; 74) mengungkapkan
“Perception is a proses by which the brain selects, organize and interprets the
sensation”. Penjelasan ini menunjukkan bahwa fungsi dari persepsi adalah untuk
membantu orang memahami setiap informasi yang datang dari luar melalui indera
secara logis dan teratur.
Persepsi adalah proses psikologis diasosiasikan dengan
interpretasi dan pemberian makna terhadap orang atau objek tertentu. Menurut
Cohen, Fisher (1987; 118) , persepsi didefinisikan sebagai interpretasi
terhadap berbagai sensasi sebagai representasi dari objek-objek eksternal.Jadi,
persepsi adalah pengetahuan tentang apa yang dapat ditangkap oleh indra kita.
B.Elemen-elemen
proses persepsi
1. sensasi/penginderaan dan interpretasi.
Ketika orang menangkap sesuatu memalui inderanya maka
secara langsung dia akan menginterpretasikan makna dari hasil penginderaannya.
2. Harapan
Harapan mempengaruhi persepsi terhadap diri pribadi
seperti terhadap objek lainnya.
3. bentuk dan latar belakang
Salah satu cara untuk memahami proses persepsi
terletak pada kemampuannya untuk membeda-bedakan antara berbagai jenis
informasi. Orang yang mempersepsi, membedakan antara yang baik dan yang buruk,
yang penting dari yang tidak penting, yang relevan dari yang tidak relevan.
4. Perbandingan
Jika makna yang dipersepsikan konsisten atau mirip
dengan criteria yang digunakan sebagai pembanding, maka kita akan menganggapnya
valid.
5. Konteks
Bukan berarti bahwa sistem kognitif kiata seperti
nilai, sikap, dan keyakinan atau harapan kita tidak cukup berpengaruh.
C.Studi Deprivasi
Studi deprivasi yaitu mengenai suatu individu yang
dibenarkan tanpa diperbolehkan menggunakan persepsi normalnya, memberikan kesan
bahwa lingkungan memainkan sebagian peranan penting di dalam perkembangan
persepsi.
·
Manusia
Apabila seorang dewasa yang mengalami kebutaan
selama hidupnya kemudian diberi penglihatan secara mendadak, orang tersebut
akan berprilaku, sejauh berkenaan dengan persepsinya, sebagai orang dewasa yang
baru dilahirkan. Yang paling terkenal dikerjakan R.L. Gregory pada tahun 1963.
Kiranya yang terjadi pada diri yang mendapat penglihatan secara mendadak pada
saat pertama kalinya dapat hanyalah pemandangan gambar/dasar, dia menyadari
akan adanya sesuatu benda yang berdiri diluar latar belakang, namun dia tetap
belum mampu mengenal benda tersebut hanya dengan melihatnya saja. Kemampuan
untuk menggunakan informasi dari indera yang satu untuk membantu indera yang
lain dikenal sebagai transfer lintas modal (cross-modal transfer).
Sesudah selang beberapa waktu yang cukup
singkat, subjek pun pada umumnya mampu mengatasi berbagai permasalahan
pendahuluan, dan dia pun dapat merasakan secara cukup normal. Gregory mengutip
temuan-temuan ini untuk memberikan kesan, bahwa sebagian besar persepsi
merupakan hasil dari belajar.
·
Binatang
Pada tahun 1947, A.N. Riesen memelihara
sekelompok simpanse didalam kegelapan sejak lahir hingga dewasa, dan kemudian
ia membandingkan kemampuan persepsi simpanse ini dengan simpanse yang
dibesarkan secara normal. Kelompok yang kekurangan cahaya memperlibatkan secara
nyata kurang baiknya kemampuan persepsi. Kemudian oleh L. Weiscrantz ditemukan
bahwa retina mata simpanse yang dibesarkan didalam kegelapan tidak berkembang
sebagaimana mestinya dan mengandung lebih sedikit sel retina.
Risen kemudian berusaha membuktikan kemungkinan
yang timbul didalam percobaan di atas, yaitu dengan mengetes beberapa simpanse
yang dipelihara dan dipasangi kaca mata debu yang tembus cahaya, namun hanya
non-citra yang terdufusi. Maksudnya, cahaya yang tidak mengandung gambar saja
yang bisa masuk ke mata.
Dukungan terhadap pandangan di atas datang dari
D.H. Hubel dan T.N> Wiesel, yang pada tahun 1963 menjumpai bahwa anak-anak
kucing yang diberi kaca mata debu tembus cahaya non-citra tidak dapat
mengembangkan susunan bidang penerima yang normal di dalam retina matanya.Jadi,
agaknya tipe lingkungan pun penting didalam perkembangan persepsi. Sebaliknya,
hal ini memberikan kesan bahwa belajar memainkan setidak-tidaknya pada beberapa
bagian di dalam persepsi, dan juga timbul kesan bahwa kemampuan persepsi tidak
semuanya merupakan pembawaan sejak lahir. Akan tetapi, pengalaman penglihatan
saja kiranya belumlah mencukupi.
Secara singkat, temuan yang penting dari
berbagai studi mengenai deprivasi adalah bahwa baik pengalaman penglihatan yang
terpolamaupun kemampuan individu untuk mengadakan interaksi dengan
lingkungannya, keduanya diperlukan didalam perkembangan peersepsi normal.
·
Studi Distorsi
atau Studi Penyesuaian-diri Kembali
Studi distorsi yang menunjukkan bahwa seorang
dewasa dapat menyesuaikan diri kembali serta dapat merasakan dunia secara tepat
sekalipun sesudah penglihatannya mengalami distorsi, memberikan kesan bahwa
persepsi dapat dipelajari. Namun kenyataannya bahwa seorang dewasa dapat
belajar merasakan ini tidak dapat memecahkan permasalahan.
Binatang-binatang tingkat rendah, misalnya
kadal, katak, dan ayam tidak dapat memperlihatkan kemampuan untuk menyesuaikan
diri terhadap dunia penglihatan yang berubah. Ayam-ayam yang dipasangi kacamata
yang mengubah penglihatan mereka sebesar 100 kekanan tidak akan
pernah cukup beradaptasi untuk mengimbangi perubahan ini, sehingga mereka
kehilangan makanan.
Persepsi dapat dipelajari karena secara
keseluruhan sistem persepsi yang merupakan pembawaan sejak lahir memiliki
kecenderungan tetap dan tidak fleksibel. Namun, ada kesulitan disini, yang
seringkali muncul dalam lingkungan psikologi. Oleh karea orang dewasa mampu
belajar untuk merasakan dunianya dengan cara yang berbeda-beda, maka seharusnya
kita tidak secara otomatis menggangap bahwa seorang anak sudah belajar
merasakan sejak kecil.
·
Studi Perilaku
Neonat
Studi perilaku neonat yang paling terkenal
mungkin adalah yang dikerjakan E.J. Gibson dan R.D. Walk pada tahun 1960. Bayi
seringkali terjatuh pada saat melangkah, dan sebelumnya telah dianggap bahwa
bayi tersebut sedang belajar merasakan kedalaman dari pengalaman yang menyakitkan
tersebut. Namun,hasil kerja Gibson dan Walk kiranya tidak memberikan arah
demikian.
Terdapat beberapa percobaan yang menunjukkan
bahwa bayi telah dapat membedakan pola-pola dan memilih pola yang disukainya.
Pada tahun 1966 R.L. Fantz menjumpai bahwa suatu pola berbentuk mata sapi lebih
disukai dari pada bentuk-bentuk garis, segi empat dan dijumpai juga bahwa suatu
gambar wajah manusia lebih disukai dari pada bentuk-bentuk tersebut.
·
Studi Lintas
Budaya
Studi lintas budaya cenderung mendukung
pandangan para empiris, karena apabila persepsi secara keseluruhan merupakan
pembawaan sejak lahir, maka lingkungan yang berbeda tidak akan berpengaruh
terhadap kemampuan persepsi manusia.
Pada tahun 1963, M.H. Segali dan D.T. Campoell
memperlihatkan ilusi Muller-Lyer ini kepada orang-orang suku Zulu, dan melalui
penyesuaian diri yang sederhana, mereka mampu mengukur gambar dengan menyatakan
bahwa panah yang berada di sebelah bawah lebih panjang.. kedua peneliti
menjumpai bahwa orang-orang Zulu terjebak didalam mengamati ilusi in dari pada
orang-orang Eropa.
Pada tahun 1962, M.D.Vernon mengemukakan bahwa
perbedaan-perbedaan antara orang-orang dan kelompok-kelompok rasial, dalam hal
ini sampai beberapa jauh mereka meilusi tersebut, mungkin dipengaruhi oleh
berbedanya kapasitas didalam ketetapan ukuran.
Pada tahun 1932, R. Thouless menunjukkan bahwa
para seniman tidak begitu dipengaruhi oleh ketetapan ukuran, sedangkan
orang-orang Indian, yang memiliki metode artistic yang berbeda, lebih
dipengaruhi oleh ketetapan ini.
Studi-studi deprivasi, penyesuaian diri kembali,
dan lintas budaya, semuanya memberikan kesan bahwa pekembangan persepsi
dipengaruhi dengan lingkungan. Sementara itu, studi neonat menunjukkan bahwa
anak pun telah memiliki sistem persepsi yang berkembang baik, termasuk
didalamnya kemampuan didalam persepsi kedalaman/jarak, serta ketetapan ukuran
dan ketepatan bentuk.
Para peneliti pada mulanya mencoba membandingkan
antara cara kerja sistem persepsi dengan cara kerja kamera, namun kemudian
dijumpai banyak kesulitan. J.J. Gibson mengemukakan bahwa kesulitan timbul
karena manusia atau binatang dapat bergerak, sehingga paralaks dapat digunakan
sebagai isyarat kedalaman, sedangkan kamera tidak dapat bergerak.
Dalam penelitiannya Bower menyatakan bahwa pembahasan alamiah/lingkungan
sebenarnya tidak perlu dipermasalahkan, karena pembahasan ini didasarkan atas
suatu pemikiran yang keliru, yaitu bahwa persepsi kita timbul oleh beberapa
citra retina tunggal yang teratur dan agak mirip dengan foto-foto. Padahal kata
Bower , informasi retina kita selalu berubah-ubah setiap saat baik
keseluruhannya rangkaian citranya ataupun serangkaian citra saja. Bower
memberikan kesan bahwa kemampuan untuk mencatat informasi yang terkandung
didalam citra retina yang statis merupakan hasil yang dicapai secara canggih
dan mungkin dapat dipelajari, sedangkan kemampuan yang dapat diperlihatkan bayi
didalam paralaks gerak, persepsi kedalaman, dan ketetapan-ketetapan, mungkin
merupakan pembawaan sejak lahir yang telah berkembang dengan baik.
Perbedaan utama antara sistem persepsi neonat
dan sistem persepsi orang dewasa. Menurut Bower adalah bahwa kemampuan orang
dewasa untuk merespons informasi penglihatan lebh baik daripada kemampuan
neonat , dan bahwa kemampuan orang dewasa didalam menganalisis citra retina pun
lebih besar.
D.Pembedaan
dengan sensasi
Istilah persepsi sering
dikacaukan dengan sensasi. Sensasi hanya berupa kesan
sesaat, saat stimulus baru diterima otak dan belum diorganisasikan dengan
stimulus lainnya dan ingatan-ingatan yang berhubungan dengan stimulus
tersebut.<persepsi/> Misalnya meja yang terasa kasar, yang berarti sebuah
sensasi dari rabaan terhadap meja.
Sebaliknya persepsi memiliki
contoh meja yang tidak enak dipakai menulis, saat otak mendapat stimulus rabaan
meja yang kasar, penglihatan atas meja yang banyak coretan, dan kenangan di
masa lalu saat memakai meja yang mirip lalu tulisan menjadi jelek.
E.Jenis-jenis
persepsi
Proses pemahaman terhadap rangsang atau stimulus yang diperoleh oleh indera
menyebabkan persepsi terbagi menjadi beberapa jenis
1.
Persepsi visual
Persepsi visual didapatkan dari indera
penglihatan.Persepsi ini adalah persepsi yang paling awal berkembang pada
bayi, dan memengaruhi bayi dan balita
untuk memahami dunianya.Persepsi visual merupakan topik utama dari bahasan
persepsi secara umum, sekaligus persepsi yang biasanya paling sering
dibicarakan dalam konteks sehari-hari.
2.
Persepsi auditori
3.
Persepsi perabaan
4.
Persepsi penciuman
Persepsi penciuman atau olfaktori
5.
Persepsi pengecapan
F.Journal
Gangguan Pada Presepsi Visual
Gangguan Penglihatan
Gangguan kesehatan lain yang paling banyak
dilaporkan akibat pengguna komputer adalah gangguan penglihatan. Gangguan
penglihatan dapat menimbulkan kelainan fisik.
Hal ini
terjadi karena saat penglihatan menjadi kabur, maka pengguna komputer akan
mengubah posisi tubuh maju kedepan mendekatkan diri agar dapat melihat objek
'yang ada di monitor lebih jelas. Gangguan penglihatan yang disebabkan karena
penggunaan komputer, oleh The American Optometric Association
dinamakan Computer Vision Syndrome (CVS).
Sebuah
penelitian yang dipublikasikan oleh The Journal of Epidemiology and Community
Health mengambil sample basil pemeriksaan mata 10.000 pekerja. Pekerjaan ini
dibagi menjadi beberapa kelompok berdasarkan waktu yang dihabiskan didepan
komputer pada saat bekerja maupun pada saat berada di rumah. Hal lain yang juga
dipertimbangkan adalah lamanya pemakaian komputer dalam tahun. Hasilnya adalah
pengguna berat komputer memiliki kelainan penglihatan, termasuk
didalamnya miopi dan glaucoma, sehingga dapat diketahui penggunaan
komputer yang berat memiliki hubungan langsung dengan timbulnya miopi dan
glaucoma.
Dr.
Masayuki Tatemichi, dari Fakultas Kedokteran Universitas Toho, melakukan
penelitian terhadap pekerja ditempat yang berbeda di jepang yang memiliki
pekerja lebih dari 5000 orang. Ia membagi pekerja tersebut beberapa kelompok
berdasarkan berapa banyak menggunakan komputer, dibagi menjadi pengguna ringan,
sedang, dan berat. Hasilnya adalah ditemukan 522 pekerja menderita
glaucoma.
Nick
Astbury mengatakan bahwa penduduk Jepang memiliki prevalensi yang tinggi
menderita myopia, sebagai salah satu resiko terjadinya glaucoma. Karena
pengguna komputer tidak hanya di Jepang, seperti yang dikatakan David Wright
(International Glaukoma Association), bahwa penelitian juga hams dilakukan di
etnik lain agar teruji validitasnya.
G.Journal Gangguan Pada Presepsi
Auditori
Perokok pasif bisa kehilangan
pendengaran
Merokok tak hanya memberikan
dampak buruk bagi diri sendiri, namun juga kepada orang lain yang menghirup asap
rokok, yaitu mereka yang biasa disebut perokok pasif. Penelitian menyebutkan
bahwa seseorang perokok pasif yang terbiasa terkena paparan asap rokok, lebih
beresiko kehilangan daya dengar.
Menjadi perokok pasif memanglah
pilihan. Berada di lingkungan para perokok dan membiarkan diri terkena paparan
asap rokok dapat menimbulkan kerugian bagi diri sendiri. Bertindaklah dari
sekarang karena sebuah penelitian yang ditulis dalam jurnal Tobacco Control
menunjukkan bahwa para perokok pasif mengalami gangguan pada telinga mereka.
Para peneliti yang melibatkan
lebih dari 3.000 orang dalam penelitiannya tersebut percaya bahwa asap tembakau
dapat mengganggu aliran darah di pembuluh kecil telinga. Asap tersebut membuat
telinga kekurangan oksigen dan membangun sampah beracun yang menyebabkan
kerusakan telinga. Kerusakan tersebut berbeda dengan kerusakan yang disebabkan
oleh kebisingan atau dampak penuaan sederhana.
Dalam penelitian tersebut, para peneliti asal University of Miami
dan Florida International University berfokus pada hasil pendengaran 3.307
relawan yang tidak merokok. Beberapa dari mereka adalah mantan perokok, dan
beberapa lagi adalah mereka yang tidak pernah merokok sepanjang hidup mereka.
Tes dilakukan dengan mengukur
jangkuan pendengaran yang terbagi atas frekuensi rendah, menengah dan tinggi.
Sedangkan bagi para relawan perokok pasif, peneliti melakukan pemeriksaan
nikotinin (produk hasil nikotin) pada darah mereka, yang dibuat ketika tubuh
berhubungan dengan asap tembakau.
Hasil menunjukkan bahwa para
perokok pasif memiliki pendengaran yang lebih buruk dibandingkan dengan orang
lain yang tidak terkena paparan asap rokok. Para perokok pasif akan terlihat
memiliki usaha lebih saat mereka mendengar suara di tengah kebisingan. Perokok
pasif meningkatkan resiko gangguan pendengaran sekitar sepertiga dari seluruh
frekuensi suara.
Meski demikian, hingga saat ini
belum diketahui pasti berapa jumlah yang harus diterima para perokok pasif
sehingga pendengaran mereka mengalami kerusakan dalam tingkatan terendah sekalipun.
Tak hanya menerima paparan asap,
merokok aktif secara teratur merupakan faktor resiko yang signifikan penyebab
hilangnya pendengaran. Gangguan pendengaran dapat menyebabkan frustasi serta
isolasi sosiakl jika tidak segera ditangani. Jadi lakukan pertimbangan matang
sebelum Anda menyalakan rokok, karena dampaknya dapat menimpa Anda dan
orang-orang terdekat Anda
H.Journal Pada Presepsi Pengecapan
Sebuah penelitian baru
membuktikan bahwa selain dapat merasakan manis, pahit,asam,asin dan gurih lidah
pada manusia bisa merasakan sensasi rasa baru yang lebih luas. Benarkah?
Adalah kalsium, sebuah sensasi rasa baru yang ditemukan oleh para
ahli kimia di Philadelphia.Temuan itu dilaporkan Michael G. Tordoff dan timnya
dari Monell Chemical Senses Center di Philadelphia.
Seperti dikutip FoxNews,Tordoff
membuktikan bahwa lidah mencit (tikus putih kecil) memiliki sensor rasa
kalsium. Berdasarkan temuan itu, Tordoff menduga manusia juga sama. Karenanya,
mencit dan manusia berbagi bermacam gen yang sama.
“Orang tidak mengonsumsi kalsium sebanyak yang dianjurkan ahli
nutrisi,” kata Tordoff. “Itu terjadi karena makanan tinggi kalsium rasanya
tidak enak.”
Awalnya, Tordoff agak kesulitan menerangkan seperti apa rasa
kalsium yang tidak enak itu. “Rasanya seperti kalsium,” kata dia.
“Tak ada kata yang lebih tepat dari itu. Rasanya getir, mungkin
sedikit asam. Tapi rasanya tak cuma itu karena ada reseptor untuk kalsium,
bukan cuma pahit atau asam.”
Ilmuwan itu menyatakan bahwa penyesuaian rasa kalsium dapat membuat
orang yang kekurangan nutrisi penting itu mau mengonsumsinya.
“Dengan memahami bagaimana kalsium dideteksi dalam mulut, kami
bisa mempermudahnya dikonsumsi dengan mengurangi rasanya yang getir atau
membuat agen farmakologis yang membuatnya terasa lebih enak,” tutur Tordoff.
Tidak
hanya sensasi rasa kalsium saja, menurut penelitian yang dilakukan Tordoff,
masih dapat merasakan beberapa rasa baru lagi antara lain :
·
Kesejukan
Sensasi
rasa kesejukan mungkin menggambarkan sensasi rasa mint dan segar dari peppermint
atau mentol. Persepsi sensorik bekerja pada rasa tersebut, reseptor sentuh
diaktifkan, disebut TPRM8.
Sebagai
sensasi sentuhan, baik piquance dan kesejukan yang ditransmisikan ke otak
melalui saraf trigeminal, bukan tiga saraf klasik untuk rasa. Himpunan saraf
yang membawa sensasi terbakar dan pendinginan berbeda dari dari sensasi rasa.
·
Lemak
Banyak
orang yang menikmati makanan berlemak. Hasil penelitian telah menujukkan bahwa,
tikus dapat mencicipi lemak. Tampaknya manusia juga dapat merasakan lemak.
Hasil penelitian tersebut telah dipublikasikan dalam British Journal of
Nutrition. Asam lemak cenderung terasa pahit di mulut.
·
Metallicity
Rasa
logam, seperti emas dan perak juga dapat dirasakan di rongga mulut. Para
peneliti telah menunjukkan bahwa, sensasi rasa ini mungkin ada hubungannya
dengan konduktivitas listrik.
“Hal tersebut seperti baterai kecil,
dengan setetes air liur, maka akan mendapatkan sekitar 550 milivolt,” kata
Harry Lawless, seorang profesor emeritus ilmu makanan di Cornell University.
I.Faktor-faktor yang memengaruhi persepsi
Faktor-faktor
yang memengaruhi persepsi bisa terletak dalam diri pembentuk persepsi, dalam
diri objek atau target yang diartikan, atau dalam konteks situasi di mana
persepsi tersebut dibuat
·
Asumsi Yang Didasarkan Pada Pengalaman Masa Lalu
Persepsi
Persepsi yang dipengaruhi oleh asumsi – asumsi yang didasarkan pada pengalaman
masa lalu dikemukakan oleh sekelompok peneliti yang berasal dari Universitas
Princenton seperti Adelbert Ames, Jr, Hadley Cantril, Edward Engels, William H.
Ittelson dan Adelbert Amer, Jr. Mereka mengemukakan konsep yang disebut dengan
pandangan transaksional (transactional view). Konsep ini pada dasarnya
menjelaskan bahwa pengamat dan dunia sekitar merupakan partisipan aktif dalam
tindakan persepsi. Para pemikir transaksional telah mengembangkan sejumlah
bukti yang meyakinkan bahwa persepsi didasarkan pada asumsi. Salah satu yang
paling menonjol, yang ditemukan oleh Adelbert Amer, Jr., disebut monocular
distorted room. “Ruangan dibangun sedemikian rupa sehingga dinding belakang
berbentuk trapesium, dimana jarak vertikal ke atas dan ke bawah pada sisi kiri
dinding lebih panjang daripada jarak vertikal ke atas dan ke bawah pada sisi
kanan dinding. Dinding belakang terletak pada suatu sudut, sehingga sisi kiri
terlihat lebih jauh ke belakang dari pada sisi kanan. Jika seorang pengamat
berdiri di depan ruangan dan mengamati melalui sebuah lubang kecil, maka
ruangan akan terlihat seperti sebuah ruangan yang benar – benar membentuk empat
persegi panjang. Jika dua orang berjalan melalui ruangan dan berdiri pada sudut
belakang, maka sesuatu yang menarik akan terjadi. Bagi si pengamat yang melihat
melalui sebuah lubang, salah satu orang yang berada di sisi kanan akan terlihat
sangat besar karena orang ini berada lebih dekat dengan si pengamat dan
memenuhi keseluruhan ruangan antara lantai dan langit – langit. Sedangkan orang
yang berada di sisi kiri akan terlihat sangat kecil karena berada jauh dari si
pengamat. Ilusi ini terjadi karena pikiran si pengamat mengasumsikan bahwa
dinding belakang parallel dengan dinding depan ruangan. Asumsi ini berdasarkan
pengalaman terdahulu yang menggunakan ruangan – ruangan lain yang mirip. Ilusi
ini akan semakin kuat apabila dua orang yang berada di sudut yang berbeda
tersebut saling bertukar tempat, maka salah satu akan terlihat lebih besar dan
yang satunya lagi terlihat lebih kecil tepat di depan mata si pengamat ”.
BAB III PENUTUP
A.Kesimpulan
Setelah
kami membaca materi mengenai Presepsi,kami dapat menyimpulkan bahwa Persepsi adalah proses psikologis diasosiasikan dengan
interpretasi dan
pemberian makna terhadap orang atau objek tertentu.
Menurut Cohen, Fisher (1987; 118) , persepsi didefinisikan sebagai interpretasi
terhadap berbagai sensasi sebagai representasi dari objek-objek eksternal.Jadi,
persepsi adalah pengetahuan tentang apa yang dapat ditangkap oleh indra kita.
Adapun
jenis-jenis dari presepsi antara lain yaitu :
1.
Persepsi visual
Persepsi visual didapatkan dari indera
penglihatan.Persepsi ini adalah persepsi yang paling awal berkembang pada
bayi, dan memengaruhi bayi dan balita
untuk memahami dunianya.Persepsi visual merupakan topik utama dari bahasan
persepsi secara umum, sekaligus persepsi yang biasanya paling sering
dibicarakan dalam konteks sehari-hari.
1.
Persepsi auditori
2.
Persepsi perabaan
3.
Persepsi penciuman
Persepsi penciuman atau olfaktori
4.
Persepsi pengecapan
B.Saran
Upaya kita untuk memahami diri pribadi disebut
persepsi dimana melalui indera yang dimiliki, kita menangkap informasi atas
objek tertentu. Melalui alat pikiran dan logika kita mempersentasikan informasi
yang telah kita peroleh melalui penginderaan. Proses ini memiliki subjektivitas
tinggi dan beberapa kelemahan di dalamnya. Persepsi memiliki sifat-sifat,
dan elemen-elemen persepsi. Sehingga dalam hal ini diperlukaan pemahaman yang
kuat mengenai presepsi itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Abizar, Agus I,
Chatlinas S (1999). Buku Panduan Penulisan Tesis. Padang : PPs
Ahmad, R
(1998).Psikologi Umum. Jakarta ; Rika Cipta
Efendi, O.U
(1985).Psikologi management. Bandung ; Alumni
Muhammmad Ikbal. Persepsi siswa terhadap Karier dan
Pelaksanaan Bimbingan Karier di Sekolah Menengah Umum (SMU) 2 Sungai Penuh
Kabupaten Kerinci. Tesis. 2004.
www. e-psikologi.com
Web Forum Upi. Remaja dan Rokok.indexs.php.hmtl
Tidak ada komentar:
Posting Komentar