Selasa, 10 Juni 2014

Cinta Yang Tulus Selalu Akan Bersama..


Cinta suami dan istrinya adalah cinta yang telah dipersatukan Allah dalam biduk rumah tangga yang harmonis dan penuh kasih sayang.

          Sejak 10 tahun lalu, mba Nia dan mas Abi menjalin cinta. Mba Nia yang hanya wanita biasa dan juga tidak mempunyai pekerjaan menetap, sedangkan mas Abi bekerja di salah satu perusahan kecil yang gajinya pas-pasan. Walaupun demikian mas Abi tetap menyayangi mba Nia setulus hati tanpa mencari wanita lain yang mempunyai pekerjaaan lebih baik dari mba Nia. Akan tetapi  mba Nia tidak tinggal diam , dia juga berusaha mencari uang dengan berjualan baju, roti dan lain-lain. Hasil dari penjualannya tersebut ia tabung sebagai tambahan modal buat menikah nanti. Begitu pula dengan mas ab, ia juga berusaha mengumpulkan modal buat pernikahan mereka yang sudah 10 tahun mereka jalani dalam masa pacaran.

          Namun, di tengah keseriusan hubungan mereka berdua tetap saja jalan menuju ikrar janji sehidup semati itu tidak selalu mulus berjalan menggapai tujuannya. Ayah mba Nia tidak pernah menyetujui hubungan mereka berdua, alasannya karena perbedaan ras. Walaupun mas Abi sudah mngetahui hal tersebut, mas Abi tidak pernah menyerah mengajukan keinginnannya untuk melamar mba Nia. Mba Nia sedih melihat kerja keras mas abi yang dari dulu ingin meminangnya tapi selalu sjaa ditolak oleh Ayahnya. Setiap malam mba Nia berdoa kepada Allah agar diberikan kemudahan buat jalan cinta mereka untuk bisa bersatu. Tiap sujudnya ia terus menangis. Rasa sedih selalu mendatanginya. Umurnya yang tidak lagi terbilang muda, namun mba Nia tetap sabar sampai Allah memberikannya ridho.

    Untuk kesekian kalinya mas abi melamar mba Nia lagi. Mba Nia tetap mendukung mas Abi. Kali ini perasaan mas Abi lebih gugup dari sebelumnya. Rasa khawatir mas Abi terus menghantui, entah apa lagi yang akan terjadi. Mba Nia tidak tinggal diam, selesai shalat mba Nia menceritakan tentang rencana mas Abi yang ingin melamarnya. Ia menceritakan kepada ibunya bahwa mereka memang bersungguh-sungguh untuk menjalin rumah tangga. Mba Nia tidur dipangkuan ibunya sambil menangis. Ia terus menerus mengatakan kepada ibunya hanya mas Abi orang yang setia kepadanya dan mau menerima segala kekurangannya. Ia terus meminta restu dari ibunya. Ibu mba Nia juga ikut menangis. “kali ini ibu sudah merestuimu nak, namun bagaimana dengan ayahmu? Dialah yang belum mau menerima Abi menjadi suamimu?” Ucap ibunya dengan air mata yang terus menerus mengalir. Mba Nia meminta ibunya untuk meyakinkan ayahnya bahwa mas abilah jodohnya. Ibu mba Nia mencoba meyakinkan ayahnya. Saat ibu mba Nia mencoba berbicara  dengan suaminya, terjadilah pertengkaran hebat antara mereka berdua. Ibu mba Nia kali ini harus menentang suaminya demi anaknya, bahkan ibu mba Nia rela pergi dari rumah jika mba Nia tidak direstui menikah sama mas Abi. Namun ayahnya tetap mempertahankan kewajibannya sebagai seorang ayah yang akan menikahkan anaknya dengan lelaki yang juga dari ras yangs sama. Adik-adik mba Nia juga ikut bicara dan menolak kemauan ayah mereka. Ayah mba Nia merasa tidak ada yang mendengarkan kemauannya, hingga akhirnya ia luluh juga dan mengiklaskan mba Nia menikah sama mas Abi. Sebagai anak, mba Nia sadar akan perbuatannya yang sudah menentang. Mba Nia meminta maaf ke pada ayah dan ibunya, karena mba ialah pertengkarang itu terjadi.

          Keesokan harinya ia menemui mas Abi, dan mengatakan kepadanya apa yang telah terjadi. Mba Nia meyakinkan mas Abi tentang lamaran itu. Akhirnya, keinginan mereka pun terwujud. Saat itu juga, mas Abi langsung mendekap tubuh mba Nia ke dalam pelukan hangatnya sembari berkata “kita akan bersatu selamanya”.

          Ke esokan harinya mas Abi pergi kerumah mba Nia. Dengan jantung yang berdegup kencang serta sekujur tubuh berubah menjadi dingin, mas Abi tetap memberanikan diri untuk mengucapkan salam dan mengetuk pintu rumah Mba Nia. Ia disambut oleh ibu mba Nia. Mas Abi dipersilahkan duduk. Dan saat itu juga ibu mba Nia masuk kekamarnya hendak memanggil suaminya. Tanpa basa-basi, ayah mba NIa langsung menanyakan maksud kedatangan mas Abi dengan wajah yang sangar menatap lelaki tersebut. Sebelum memulai pembicaraan terlebih dahulu mas Abi menarik nafas dalam dan menghembuskannya dengan ucapan Bismilah. Mas Abi pun mulai mengeturakan maksud kedatangannya untuk melamar Mba Nia. Ayah Mba Nia menerima juga lamaran tersebut tanpa ada senyum bahagia sedikitpun. Walaupun begitu laki-laki itu merasa tenang  karena  penentuan tanggal pernikahan pun sekaligus telah ditetapkan.

          Hari perkawinan Mas Abi dengan Mba Nia pun tiba. Begitu banyak tamu yang datang, namun tidak sedikit keluarga mba Nia berkata perkawinan  perbedaan ras ini harus menjadi perkawinan yang terakhir kalinya ada. Pengantin wanita itu tidak sengaja mendengar kalimat tersebut. Namun karena hari itu adalah hari istimewa bagi mereka, mba Nia membiarkan kalimat itu lalu lalang saja tanpa dikomentarinya. Mba Nia sadar apa yang telah diperlakukannya. Namun mba Nia tetap meyakinkan dalam hatinya inilah yang terbaik.

          Setelah sebulan perkawinan mereka, adik pria mba Nia menyusul jejaknya. Kali ini tidak ada penolakkan karena Adiknya seorang laki-laki, jadi bebas memilih siapa yang menjadi istrinya
.
          Setahun kemudian adik perempuan mba Nia juga mengikuti jejak mba Nia, dan juga tidak mendapatan penolakan dari ayahnya karena adik perempuan mba Nia menikah dengan lelaki yang sesuku dengan mereka. Walaupun demikian, mba Nia tidak pernah merasa kecewa atau terkucilkan, karena sesungguhnya cintanya yang besarlah memberikan kelapangan jalan bagi mereka. Salah satu adik mba Nia berkata kepadanya bahwa ialah pembuka jalan bagi jodoh-jodoh mereka. Mba Nia merasa senang dengan perkawinan adik-adiknya. akhirnya mereka semua sudah memiliki pasangan hidup masing-masing.

          Setelah beberapa bulan kemudian kedua adik mba Nia tengah merasakan nikmatnya mengandung seorang bayi. Namun mba Nia belum merasakan hal yang sama seperti mereka. Mba Nia adalah sosok penyabar. Walaupun tidak sedang mengandung seorang bayi, mba Nia merasa senang membantu adik-adiknya yang tengah hamil dalam segala urusan, seperti membeli peralatan bayi, baju dan sebagainya. Mba Nia sangat menyayangi adik-adiknya. berselang beberapa bulan adik ipar mba Nia melahirkan seorang bayi laki-laki. Dan beberapa bulan kemudian adik mba Nia melahirakan seorang bayi perempuan. Saat itu mba Nia merasa senang karena sudah punya 2 ponakan. Mba Nia dengan senang hati membantu adik-adiknya  itu mengurus bayinya. Ia juga menganggapnya seperti anaknya sendiri.

          ketika waktu tidur, mba Nia tidak bisa tidur. Ia tetap tenang mendengarkan suara bayi yang sedang menangis dari kamar adik iparnya. Mas Abi ikut terbangun dan mandapati mba Nia yang belum juga tertidur.
 “Kenapa belum tidur?”. Tanya mas Abi.
“hemm, saya sedang asyik mendengarkan suara-suara bayi yang lagi menangis itu”. Jawab mba Nia dengan wajah ringai.
 Mas abi kaget dan sedih. Ia mencoba membujuk istrinya itu untuk tidur dengan sentuhan yang lembut diwajah mba Nia. “bersabarlah, suatu saat Allah pasti juga akan mengkaruniakan kita anak. Amin”
“Amin”.

          Keesokan harinya seperti biasanya, ketika mas Abi berangkat kerja mba Nia tidak lupa mencium tangan mas Abi dengan caranya sendiri. setelah tangan mas Abi dicium, tangannya kemudian diletakkan di kening mba Nia dan kemudian digenggam erat di dadanya. Kebiasaan mba Nia itu yang membuat mas Abi sangat tenang karena mas Abi tahu bahwa mba Nia sangat mencitai mas Abi..

          Setelah beberapa jam kepergian mas Abi ke kantor, tiba-tiba mba Nia merasakan sakit yang teramat sakit didadanya. entah kenapa rasa sakit tersebut baru pertama kalinya dirasakannya. Saat itu ia langsung dilarikan kerumah sakit agar mendapatkan pertolongan. Setelah mendapatkan telepon, mas Abi langsung menuju ke rumah sakit. Dan Alhamdulilah kondisi mba Nia sudah baikan. Kata dokter itu pengaruh mba Nia terlalu capek. Memang mba Nia sudah menderita penyakit jantung bawaan, tetapi penyakit itu tidak pernah kambuh sehingga ia tidak terlalu khawatir dengan penyakitnya. Dokter mengatakan besok ia sudah boleh pulang.

          Tidak lupa ketika makan malam ibu mba Nia menasihatinya “Jaga kesehatanmu nak, istrahat saja yang cukup!”. Ayah mba Niapun juga ikut memberikan nasihat bagi putrinya agar tetap menjaga kesehatannya. “Ayah dan Ibu tidak perlu khawatir, saya baik-baik sja kok”. Ucap mba Nia meyakinkan di sela makan santapan makan malam itu.

          Saat waktunya tidur, lagi-lagi mba Nia tidak bisa tidur karena keasyikan mendengar tangis bayi dari kamar adik iparnya. Tangis bayi itu berlangsung lama, tanpa berpikir panjang ia pergi kekamar adik iparnya. Sebelum ia mengetuk pintu kamar tiba-tiba saja Mas Abi datang dan menghentikan niat mba Nia yang penasaran dibuat tangisan bayi itu.
“loh, kok kamu di sini sayang?” tanya mas Abi sedikit mengagetkan mba Nia.
“ini mas, saya kasihan saja mendengar suara bayi yang sedang menangis itu. Mungkin saja dia sedang lapar mas atau mungkin karena tempat tidurnya basah sehingga ia tidak merasa nyaman lalu mengais”.
Mas abi langsung memeluk mba Nia dan mencoba menenangkan mba Nia. “sayang,di dalam sana ada ibunya, pasti ibunya sedang memenuhi kebutuhanya. Memberikan ia susu, memberikan ia popok. Kita tidur saja yah!” Ucap mas Abi penuh perhatian sambil merangkul mba Nia menuju kamar. Sampai dikamar mas Abi terus-terusan membelai wajah mba Nia hingga mba Nia tertidur. Ia menangis. Mas Abi kasihan melihat istrinya yang terus-terusan khawir dengan bayi adik iparnya. Mas Abi begitu menyayangi istrinya itu, dia tidak memaksakan istrinya untuk segera punya keturunan. Dia yakin ketika waktunya tiba pasti Allah akan memmberikannya keturunan.

          Keesokan harinya. Seperti biasanya ketika berangkat kerja mba Nia mencium tangan mas Abi dari kening lalu menggenggamnya dan meletakan didadanya. “Sayang, bagaimana kalau kita tinggal di rumahku yang dulu. Kasihan rumah itu sudah lama tidak ditempati semenjak kita menikah. Lagian rumah itu juga dekat dengan kantorku sayang. Jadi aku bisa pulang ke rumah melihatmu di sela jam istrahatku”. Ucapnya setelah mba Nia selesai mencium tangannya.
“Iya terserah mas Abi saja.”
 

          Setelah sehari tinggal dirumah mas Abi, mba Nia melakuakn aktivitasnya sebagai ibu rumah tangga. Saking sibuknya ia tidak menyempatkan diri untuk beristirahat bahkan sampai lupa makan. Mba Nia hanya ingin memberi kejutan kepada mas Abi ketika mas Abi pulang nanti dengan kondisi rumah yang bersih dan makanan yang sudah tersedia di meja. Sambil menunggu mas Abi pulang ia menonton TV. Mba Nia pun tertidur. Mas Abi datang dan mendapati mba Nia yang tertidur di depan TV sendirian. Niatnya mas Abi tidak akan membangunkan mba Nia, namun ia seketika terbangun. Mba Nia dan Mas Abi pun langsung melanjutkan makan malamnya, setelah itu mereka tidur.. Untuk kali ini mba Nia tidak lagi mendengar tangisan bayi ketika dia tertidur.
          keesokann harinya seperti biasa mas Abi pergi bekerja sehingga mba Nia sendirian dirumah.Ketika mba Nia melakukan rutinitasnya sebagia ibu rumah tangga, mba Nia riba-tiba merasa sesak, dadanya sakit dan jantungnya berdegup kencang. Mba Nia tergeletak dilantai menahan rasa sakit. Mba Nia  berusaha mencari obat dengan berjalan merangkak ke kamarnya. Namun obatpun tak didaptkannya. Mba Nia langsung menelpon Mas Abi dan memberitahukan keadaannya. Mas Abi langsung pulang kerumah dan membawanya ke rumah sakit. Alhamdulilah mba Nia cepat mendapatkan pertolongan sehingga nyawanya masih bisa tertolong.

          Beberapa hari kemudian mba Nia dibolehkan oleh dokter pulang dengan berbagai saran yang musti dilaksanakan setiba dirumah nanti. Setelah mba Nia sehat Mba Nia mmembatasi aktivitasnya. Dan seperti biasa Mba Nia lagi-lagi ditinggal suaminya karena tuntutan kerja. Setelah berselang beberapa bulan, mba Nia merasa kebersihan rumah sudah mulai berkurang, begitu juga halaman. Hari itu mba Nia melakukan aktivitas yang memang menguras tenaga. Dari membersihkan rumah, mencuci pakaian memasak dan menyapu halaman. Hari itu juga mas Abi menelpon kalau ia akan lembur. dan tidak lupa mas Abi memberikan peringatan kepada mba Nia untuk tidak bekerja berat, namun apa yang terjadi mba Nia melanggarnya. Tepat jam 11 malam penyakit mba Nia kambuh lagi, ia langsung menelpon mas Abi. Lagi-lagi mba Nia dilarikan ke rumah sakit dan harus mendapatkan perawatan intensif.

          Keesokan harinya saudara-saudara mba Nia datang menjenguknya. Ibu mba Nia membuka pembicaraan. “Bi, bagaimana kalau Nia untuk sementara tingga bersama ibu saja dulu. Kasihan Nia kalau harus sendiri di rumah saat kamu pergi kerja. Setidaknya kalau di rumah ibu, Nia bisa lebih banyak istrahat tanpa berpikir harus membersihkan rumah dan menyediakan makanan. Ini demi kesehatan Nia bi. Boleh yah?”. “Iya bu,terserah ibu saja yang mana baiknya. Kalau begitu, setelah dokter mengizinkan Nia pulang saya langsung mengepaki barang-barang dirumah, lalu mengantar Nia ke rumah ibu”. Jawab mas Abi.

Setelah keluar dari rumah sakit mba Nia langsung dibawa kerumah orangtuanya. Selama tinggal dirumah orangtuanya, kondisi mba Nia mulai membaik hari demi hari. Mas Abi merasa senang dengan perkembangan kesehatan mba Nia.

          Kini usia pernikahan mereka memasuki usia 2 tahun. Sepulang dari kerja mas Abi mampir ke toko kue untuk membeli kue ulangtahun pernikahan mereka. Sampai dirumah mas Abi memberikan kejutann kepada mba Nia, dan mba Nia terlihat begitu senang dengan senyum yang begitu indah lengkungannya. Mas Abi berbicara dalam hati bahawa ia sudah lama tidak melihat senyum mba Nia seindah ini. Hari itu sanak saudara mereka berkumpul dan berbagai kebahagian untuk mereka berdua. Di Ulangtahun perkawinan mereka yang ke dua tahun ini tidak lain doa yang mereka panjatkan adalah agar mereka diberikan keturunan.  

          keesokan harinya saat mas Abi bangun, mas Abi kebingungan karena melihat mba Nia sudah tidak berada disampingnya. Mas Abi langsung memanggil mba Nia. Dengan cepat mba Nia segera  menghampiri mas Abi dengan sapaan Assalamu’alaikum suamiku serta senymnya yang begitu indah. Mas Abi terdiam karena tidak biasanya mba Nia langsung menyapanya dengan wajah yang betul-betul ceria. Senyum yang begitu manis dan disertai salam. Pikir mas Abi dalam hatinya  Ya Allah begitu cantiknya istriku hari ini. Lama terdiam mba Nia langsung memegang tangan mas Abi dan dibawanya kedapur untuk sarapan, mas Abi keheranan karena tidak biasanya istrinya seperti ini. Setelah selesai sarapan mas Abi langsung pergi mandi karena siap-siap berangkat kerja. Seperti biasanya mba Nia tidak lupa menyiapkan baju dan tas mas Abi.  Setelah semuanya selesai tidak lupa kebiasaan mba Nia jika mencium tanga Mas Abi, menciummnya setelah itu meletakannya dikening lalu digenggam dan diletakannya ke dadanya.
“Mas, maafkan aku telah banyak salah sama kamu!”.
 “Kamu tidak punya salah apa-apa sayang. Kalaupun ada sejak dulu akun telah memaafkanmu” Ucap mas Abi penuh kasih sayang. Mba Nia hanya tersenyum simbari.
“Oh iya, mas harus segera ke kantor nih, takut telat”. Terus menerus mba Nia melihat suaminya pergi itu hingga bayangnya menghilang di tikungan jalan.
Di dapur mba Nia mendapati ibunya yang lagi memasak makanan kesukaannya.
“ Maaf ya bu, aku tidak bisa membantu ibu memasak hari ini.”
 “Tidak apa nak, ibu mengerti dengan kondisimu. Sebaiknya kamu istrahat saja”. “Maafkan saya yah bu!”. Ucap mba Nia sekali lagi. Setelah itu mba Nia pergi ke kamar adiknya, seperti biasa mba Nia mencium-cium keponakannya itu.

          Namun siapa yang menyangka stelah keluar dari kamar itu, tepat di ruang keluarga mba Nia langsung duduk sambil memegang kedua kepalanya lalu bersujud menahan sakit yang teramat sakit. Adik mba Nia tiba-tiba keluar dari kamarnya dan mengira kalau mba Nia hanya tertidur, namun dengan posisi yang begitu mengherankan adik mba Nia mencoba membangunkan mba Nia. Saat adik mba Nia membangunkan mba Nia, ternyata tubuh mba Nia sudah mulai membiru. Secepatnya adik mba Nia mencari pertolongan kepada orang-orang sekitar untuk membawa mba Nia ke rumah sakit. Semua keluarga dihubungi bahwa mba Nia dilarikan ke rumah sakit, namun Allah berkehendak lain. Setibanya dirumah sakit nyawa mba Nia sudah tidak tertolong lagi. Allah telah memanggilnya. Inalilahi wainaiilaihii rajiun.
          Kelurga Mba Nia langsung bercucuran air mata karena tak kuasa menahan kesedihan atas kepergian mba Nia, wanita yang mereka sayangi. Di usia pernikahan yang masih 2 tahun. Adik mba Nia langsung mengabari berita tersebut kepada mas Abi. Mas Abi sangat terkejut dan tidak bisa berkata apa-apa. Ketika jenazah mba Nia dibawa pulang dari rumah sakit ke rumahnya, Mba Nia disambut banyaknya warga. Seketika ledakan tangis begitu banyak terdengar. Warga dilingkungan mba Nia tinggal merasa kaget mendengar kabar kalau mba Nia meninngal. Sosok yang begitu baik, rendah hati dan penyabar itulah yang terkesan dibenak mereka..

          Satu jam kemudian mas Abi tiba. Sebagai suami yang sangat menyayangi istrinya, mas Abi sedih melihat jasad istrinya yang sudah terbujur kaku itu. Mas Abi langsung memeluk jenazah mba Nia untuk terakhir kalinya dengan tangisan yang yang membunca, sehingga menambah kesedihan keluarga saat itu. Dan untuk terakhir kalinya mas Abi membelai-belai wajah istrinya itu dengan sebuah kalimat yang terlontar berkali-kali dari mulutnya “kamu sangat menyayangiku sayang, kamu sangat menyayangiku sayang, kamu sangat menyayangiku sayang”. Dengan keadaan yang begitu berat melepaskan mba Nia, Mas Abi harus tetap iklas melepaskan demi kebahagiaan mba Nia di Akhirat..
Saat prosesi penguburanpun mas Abi terus-terusan menangis dan sesekali pingsan karena tidak sanggup melihat jenazah istrinya yang sudah tertimbun tanah dan pergi untuk selama-lamanya. Namun mas Abi harus mengikklaskan kepergian mba Nia dan terus memanjatkan doa kepada Allah SWT agar mba Nia selamat diakhirat. Amin
          Begitu juga dengan sanak saudara mba Nia mereka tidak henti-hentinya memanjatkan doa untuk mba Nia  agar mba Nia ditempatkan diantara orang-orang beriman.

          Kini mas Abi kembali hidup sendiri seperti dulu tanpa mba Nia disampingnya. Begitu pula dengan kelurga mba Nia yang harus rela dan iklas melepaskan kepergian mba Nia. Kini Hanya gambar yang akan selalu terlihat di dinding rumah ini, canda tawanya yang hanya bisa kami bayangkan dalam setiap moment yang telah kita lalui bersama dan masih terpatri jelas di memory kita. Setiap kali kami meneteskan air mata jika rindu kepadamu. Selamat jalan mba Nia. Kami akan selalu mengenangmu dan selalu memanjatkan doa untukmu di Akhirat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar