Di
balik Gunung yang menjulang,,,
Nampak raja siang perlahan terbenam ,,,
Hingga tak terlihat lagi..
Sendiri
bersama hembusan angin dan suara hempasan ombak pada batu karang, entah apa lagi
yang harus ku lakukan saat itu. Terus termenung dengan ributanya kicauan burung
saling berkejaran kesana kemari yang seakan-akan sedang menertawaiku.
Aku hanya seorang lelaki yang selalu sendiri berteman sunyi.
Hati yang selalu berkecamuk dan memaksaku dengan tegas memanggil kembali sang
pujaan hati yang telah lama pergi
meninggalkanku..
Beberapa
tahun lalu, tidak begitu lama aku bersamanya. Sungguh ku kira itu akan menjadi
cinta terakhirku. Sejak awal kebersamaan
hidupku seakan lengkap walau belum terikat satu janji dengannya, namun aku
yakin , yah suatu saat pasti.
Aku yang mungkin terlihat terlalu polos di
hadapannya, namun aku tak perduli itu.
Pernah aku dan dia pergi ke pesta dansa. Saat itu aku ingin sekali
berdansa dengannya. Aku tahu kekasihku sangat senang berdansa. Ku pegang
tangannya, iya merangkulku dan ku tatap matanya
lebih dalam. Di sela waktu, ku bisikkan kepadanya kalimat “aku mencintaimu, jangan kau lepas genggaman
ini ! Aku mencintaimu”, dan semakin eratlah ku genggam tangannya hingga terpancar
rona merah di mukanya , dan senyum indah yang mungkin menjadi jawabannya.
Aku dan dia terus berdansa. Aku tahu ini hal yang jarang aku lakukan. Sebab aku tak punya banyak waktu untuknya ,
apalagi menghadiri pesta. Kasihan kekasihku, dia sangat jarang ku
ajak berdansa.
Saat
pesta dansa telah usai , lampu yang
berkelap-kelip serta musik dengan karakter melankolis , terus- menerus ku
pandangi wajahnya yang mengenai sorotan
cahaya..
Perjalanan
pulang di sertai hujan yang deras, aku mengajaknya berteduh di sebuah halte. Terlihat
dari raut wajahnya yang menggambarkan ia senang hari ini karena telah
berdansa, aku tahu itu. Jalan yang kini mulai
sunyi dari pejalan kaki, saat itu ku mulai
topik pembicaraan dengannya hingga malam semakin larut dan hujanpun tak kunjung
reda. Pembicaraan yang membuat aku dan dia tertawa. Ketika aku berkata “akan ku
buat kekasihku layaknya ratu malam ini”, seketika dia terbahak menertawaiku.
Aku
berlalri ketengah jalan besar dan menikmati hujan.
Aku berteriak “kau tak percaya
rasa ini ? rasa ini begitu besar, melebihi air hujan malam ini”, dia
terus-menerus menertawaiku. Tidak puas dengan hal itu aku berdansa ditengah
hujan deras , hah aku yakin hal itu yang
akan membuatnya beranjak dari halte dan
mengikutiku.
“ kemarilah, lakukanlah hal yang sama denganku. Kekasihku...kekasihku marilah
berdansa!” Seketika ia berlari kearahku , kami berdua berdansa bersama di tengah
hujan. Lampu kota yang masih terang benderang menghiasi jalan besar yang basah
dan aku menganggap itu layaknya lampu di pesta tadi. Sekujur tubuhnyapun mulai basah.
Aku berkata “percuma kita berteduh di halte berlama-lama jika akhirnya kita basah juga”, tawanya lagi-lagi membludak , dia memelukku. Dengaan
hati riang kami pulang bersama tanpa memakaki alas kaki, dan berlari-larian di
pinggir jalan yang basah.
Yang terbenak saat itu dipikiranku hanyalah kekasihku suka berdansa.
Beberapa
bulan berlalu.
Tepat dijalan yang sama sepulang dari pesta, entah hal apa
tiba-tiba kekasihku berkata selamat tinggal. Aku terkejut, “katakan padaku kau
tidak akan pergi dariku!” dengan seduh tangis yang bercucuran deras di pipi
sekali lagi aku berkata, “aku mohon ceritakan padaku ! kau telah membuatku
menangis.” Aku memohon dan berlutut “
apa yang harus aku lakukan untukmu?”. Aku tidak pernah mengira bahwa ia akan
pergi meninggalkanku.
Saat
ia meninggalkanku di jalan besar itu, kenyataan
yang tidak bisa ku terima membuatku berteriak menghalau kepergiannya “kembalilah padaku, hanya kau yang dapat
sembuhkan luka ini”.
Aku berlari mengejarnya. Aku tahu dia kekasihku yang senang berdansa, ku raih tangannya,“ berdansalah bersamaku !”.
Aku tahu hanya ini kesempatan yang dapat kulakukan sekarang agar dia kembali. Namun dia tetap pergi dan meningglkanku, tak
sedikitpun dia tertarik dengan ajakanku untuk berdansa.
“ ini hanya bercanda kan? Katakan padaku ini tidak sungguh-sungguh terjadi!”
Tampak aku seperti orang gila saat itu yang
terus menerus mengemis padanya. Sungguh rasa ini benar-benar tumbuh dan berkembang
.
“aku tidak mau kehilangamu aku tidak mau
ketika aku bangun nanti kamu bukanlah siapa-siapa lagi bagiku. Aku tidak mau!” Pintaku dengan isak tangis
yang terus berderai di pipiku.
Di jalan besar yang sunyi dan bebrapa jam lagi akan memasuki waktu pagi.
Sekali lagi ku coba merayunya. “matahari akan terbit sedalam matamu, kembalilah
padaku dan kita akan bahagia bersama dan
kau akan menjadi kekasihku lagi. Aku
tahu hari ini aku bisa membuatmu untuk tetap tinggal hanya untuk mendengarkan
perkataanku, hanya sebentar saja hanya untuk melihat senyummu,,, aku mohon
jangan pergi !” Ucapku penuuh harapan.
Aku
mengajaknya ke suatu tempat, di tempat orang-orang berdansa dengan kekasihnya dengan
harapan aku dengannya bisa bahagia bersama lagi. Tetapi tetap saja iya pergi meninggalkanku.
Aku frustasi !
Beberapa bulan berlalu.
Aku
tahu dia berada di suatu tempat diluar sana, suatu tempat yang jauh yaitu tempat kelahirannya. Tempat yang lebih
ramai dan banyak perayaan pesat dansa. Sungguh
hati ini masih menginginkanmu kembali. Aku ingin kau kembali. Aku frustasi!! Setiap malam hanya bisa termenung di jendala
kamar dengan cahaya bintang yang
menerangi ruanganku. Setiap saat aku hanya bisa termenung, tidak lain hanya
mengharapkanmu kembali. Aku ingin kau
kembali ! Para tetangga mungkin mengira aku gila, tapi siapa mereka? Mereka tidak mengerti, dan aku tidak
perduli. Karena kaulah satu-satunya
milikku, satu-satunya yang ku harapkan.
Setiap
malam ketika cahaya bintang menerangi kamarku aku duduk sendiri berbicara
dengan rembulan mencoba berbicara denganmu. Aku berharap kau berada disana dan
juga berbicara denganku. Ataukah aku ini laki-laki bodoh yang duduk sendiri
berbicara dengan bulan ?
Aku
merasa menjadi orang terkenal di kotaku, mereka selalu membicarakanku dan
berkata kalau aku ini gila. Tapi mereka tidak tahu apa yang aku rasakan.
Ketika
matahari terbenam seseorang menjawabku “ tidak pernahkah kau mendengarkan
panggilanku sayang ? karena setiap malam aku
berbicara dengan bulan dan berharap
kau juga berbicara denganku”, orang itu menertawaiku lalu pergi.
Namun perasaan ini sudah begitu dalam dan
sulit bagiku melenyapkannya.
Aku tahu kekasihku ada di luar sana. Di suatu tempat yang
jauh dari ku. Di tempat yang banyak perayaan pesat dansa. Aku pergi mengunjungi tempat itu. Aku mencari
tahu keberadaannya dengan bertanya ke pada orang-orang sekitar, Namun tak ada yang mengenal tempat
yang aku cari. Hingga aku memutuskan untuk beristirahat sejenak sambil mendengarkan
lagu yang biasanya dimainkan untuk berdansa. Aku merasa lagu itu tidak lagi terdengar sama seperti
dulu saat dia masih bersamaku.
Ku
lanjutkan perjalananku dan bertanya ke pada seseorang. Ketika mereka menjawabku
dan memberitahuku tentang keadaanya, seketika air mataku jatuh tanpa terkendali
dan ketika sahabatnya menceritakan tentang dirinya, hatiku rasanya hancur mendengar
namanya..
Aku
diajak oleh sahabatnya malam itu ke suatu tempat dansa. Tapi apa yang aku lihat, itu sungguh mengejutkanku terlalu sulit untuk ku terima. Ternyata kekasihku berdansa dengan pria lain,
pria itu membawakan setangkai bunga mawar untuknya lalu menggenggam tangannya.
Keresahanku,
kebutuhanku hanyalah keegoanku yang membuat wanita tegar sepertinya pergi
meningglkanku. Rasanya aku ingin menutup mata dan menghilangkan semua yang ada
dipikiranku. Begitu tragis rasanya! Seharusnya
dulu aku juga membawakannya bunga, lalu menggenggam tangannya, kemudian
mengajaknya berdansa. Harusnya dulu aku memberikannya seluruh waktuku, dan mengajaknya berdansa di setiap perayaan pesta. Tapi, sekarang dia telah berdansa
dengan laki-laki lain. Iya, kekasihku
kini berdansa dengan laki-laki lain. Meskipun itu menyakitkanku. Aku yang pertama
yang kan mengakui kesalahanku, sungguh ini sudah terlambat. Aku mencoba
memaafkan kesalahanku, namun tak ada lagi yang bisa kulakukan untuk membuatmu
kembali padaku. Aku hanya berharap pria yang sekarang
bersamamu bisa membahagiakanmu, dan melakukan
apa yang seharusnya ku lakukan dulu untukmu saat aku masih bersamamu. Maafkan
aku!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar